Ritus & Langgam, Naskah Puisi --- Kelak, cerita lama dihidupkan kembali. Mengingatkan bahwa kehidupan tak lebih dari persengketaan dan proses menuju kebenaran; keselamatan yang sesungguhnya. Pun kelak, gelombang pasang dada membenturkan diri pada desau-desau angin pantai kemudian mengantarkan kita menuju keabadian; suatu masa yang tak ada satu pun Tuhan maupun agama. Sebuah abad kekosongan.
tak kau dapati dalam
kitab perjanjian ini
hal-hal tersirat dan
yang tersurat, maka
sejenak kembalilah
pada muasal. Sebab
di sana aku duduk
dan berdoa sebelum
misa dan ibadah
ditunaikan.
kau mengingatkanku
tentang bumi
yang menjadikanmu
rumah suci.
Tentang langit,
isyarat kau abadi.
Dan mencintaimu
adalah menuju,
keabadian. Menyatu
dalam diri, bersamamu.
Cinta dan seluruhmu,
itu aku ...
berdamai, dengan masa
lalu. Terlebih soal kenyataan;
mengubur ingatan
dalam-dalam.
tak perlu memikirkan
perdebatan penguasa
yang sehari-harinya hanya
bermain teka-teki;
menyilang dan melingkar
di atas pusar juga bantal.
Kita adalah bahasa
tak memetakan
mana sekutu, suku dan
peribahasa yang disabdakan
karena sedari dulu sudah hafal
mana biang dan mana keroknya.
berlari pada garis
khatulistiwa, merebahkan
diri pada lingkaran hati.
Semoga selamat dan seiman
biar tak saling menyalahkan.
Semoga sehati dan sejiwa
tak menuduhkan keburukan.
Cintamu bujur sangkar
segala sisinya turunan.
Kata-kata adalah doa
meresap dalam jiwa
membawa harap bahagia.
Kata-kata adalah usaha
membawa sejuta makna
tentang cita juga asa.
Dan engkau, kisah
dan sejarah. Tak alpa
meski sepatah saja.
menua, tak ada yang tahu
diceritakan tapi dilupakan.
Sejarah kembali dilontarkan
di atas bahasa ibunya
mereka berkata:
"Kisah lama adalah kekolotan
mitos dan mitologi pedesaan.
Petuah dan nasihat dalam hikayat
tak lebih dari sangkakala
nyaring tak menggetirkan penguasa.
Anak dan cucumu ini, penerus
yang tahu mana baik dan benar
dari dasar pengetahuan;
keilmiahan anutan
akademisi dan borjuasi."
PROLOG
Dan apabila nantitak kau dapati dalam
kitab perjanjian ini
hal-hal tersirat dan
yang tersurat, maka
sejenak kembalilah
pada muasal. Sebab
di sana aku duduk
dan berdoa sebelum
misa dan ibadah
ditunaikan.
Sampang-Madura, 22 Agustus 2020
ISYARAT
Sesekali aku inginkau mengingatkanku
tentang bumi
yang menjadikanmu
rumah suci.
Tentang langit,
isyarat kau abadi.
Yogyakarta, 31 Juli 2020
Dan mencintaimu
adalah menuju,
keabadian. Menyatu
dalam diri, bersamamu.
Cinta dan seluruhmu,
itu aku ...
Yogyakarta, 14 Juli 2020
BERDAMAI
Kita tak pernah bisaberdamai, dengan masa
lalu. Terlebih soal kenyataan;
mengubur ingatan
dalam-dalam.
Yogyakarta, 15 Juli 2020
TEKA-TEKI SILANG
Kita adalah sejarahtak perlu memikirkan
perdebatan penguasa
yang sehari-harinya hanya
bermain teka-teki;
menyilang dan melingkar
di atas pusar juga bantal.
Kita adalah bahasa
tak memetakan
mana sekutu, suku dan
peribahasa yang disabdakan
karena sedari dulu sudah hafal
mana biang dan mana keroknya.
Yogyakarta, 31 Juli 2020
BANGUN DATAR
Cintamu bujur sangkarberlari pada garis
khatulistiwa, merebahkan
diri pada lingkaran hati.
Semoga selamat dan seiman
biar tak saling menyalahkan.
Semoga sehati dan sejiwa
tak menuduhkan keburukan.
Cintamu bujur sangkar
segala sisinya turunan.
Yogyakarta, 31 Juli 2020
Kata-kata adalah doa
meresap dalam jiwa
membawa harap bahagia.
Kata-kata adalah usaha
membawa sejuta makna
tentang cita juga asa.
Dan engkau, kisah
dan sejarah. Tak alpa
meski sepatah saja.
Yogyakarta, 31 Juli 2020
MITOS DARI ADAGIUM
Adagium menahunmenua, tak ada yang tahu
diceritakan tapi dilupakan.
Sejarah kembali dilontarkan
di atas bahasa ibunya
mereka berkata:
"Kisah lama adalah kekolotan
mitos dan mitologi pedesaan.
Petuah dan nasihat dalam hikayat
tak lebih dari sangkakala
nyaring tak menggetirkan penguasa.
Anak dan cucumu ini, penerus
yang tahu mana baik dan benar
dari dasar pengetahuan;
keilmiahan anutan
akademisi dan borjuasi."
Yogyakarta, 11 September 2020