Hikayat Pertemuan dan 6 Puisi Cinta

Kumpulan Puisi dan Sajak Cinta

Ritus & Langgam, Kumpulan Puisi --- Di bawah ini adalah kumpulan puisi yang ditulis pada tahun 2020 antara bulan April dan Mei, meski tidak penuh selama 30 hari. Semoga kumpulan puisi ini bisa memberikan gambaran dan inspirasi. Selamat membaca.

KERINDUAN

Aroma tubuh
menyentuh
mendekapmu seluruh.

Rindu yang tak pernah patuh
dan sesak dadaku penuh.

Aku merindukanmu
dan selalu berdoa
di batas waktu perjumpaan kita.
Lalu bagaimana denganmu?

Sepekan yang lalu
kau masih menungguku
dengan ucapan selamat datang
dan permintaan kasih sayang.

Masihkah kau mengingatnya,
doa yang tak pernah hilang
oleh keheningan
dan kesendirian?.

Kini tak lagi ditemukan
hangat peluk tubuh,
aroma cinta kerinduan.

Sendiri seakan-akan rapuh.

Rindu memang selalu begitu,
egolah yang angkuh.
Kau dan aku
hilang separuh.

Sleman, 16 April 2020

SEMACAM BERDOA

Pagi bersabda
tentang masa silam.
Purbanya sebuah bahagia
dan urbannya gelak tawa.
Ihwal yang tak ingin
disebutkan, masing-masing ingatan.

Luka-luka diredam
Amarah ditahan
Kita terkadang berdiri
menahan segala rasa dan emosi.
Menenangkan diri dengan
kepura-puraan dan kenaifan.

Merasa menang dan tenang
Menabahkan diri meski
sebenarnya hanyalah akal-akalan.
Berkata sembari mengelus dada,
"Tuhan tahu mana yang baik
dan dibutuhkan hamba-Nya”

"Biarkan Tuhan mengabulkan
Memberikan pencerahan
menunjukkan takdir
yang telah digariskan
jauh sebelum semua dilahirkan."

"Menghapus segala keraguan
lalu mengatakan beriman" -
Pungkasnya menambahkan.

Kau semacam berdoa kepadaku
tapi hatimu mengarah jauh melewatiku.
Kau biarkan batin menggelitik
seakan-akan itu datang dariku
nyatanya itu tak lebih dari
perilaku burukmu.
Terbersit dari pikiran yang
berubah-ubah polanya.

Sungguh malang nasibmu
sebab percaya selain aku
menerima bisikan-bisikan
tenggelam dalam kehancuran
terima saja jika kelak
tak kau temui harum
salah satu janjiku. - Dalam hatinya
lirih terdengar suara
yang tak pernah diketahuinya.

Ia tersadar dari mimpi
dan bayang-bayangnya.
Duduk berpikir,
bertekad dan berjanji.

"Aku akan kembali pada iman,
menyerahkan segalanya kepada Tuhan
berserah diri, menabahkan hati
biarkan masa lalu seperti bunga
membawa lebah hinggap, di mana
bahagianya lahir dari sari-sari
menghidupkan kematian."

Yogyakarta, 01 Mei 2020

HIKAYAT PERTEMUAN

Ada rindu mencekam
Aroma cinta, harum kasturi.
---menunggu pertemuan
seperti yang telah dijanjikan
dalam hikayat kesunahan.

Ada rindu mencekal,
penantian tak kunjung datang.
Hanya kepada Tuhan semua disandarkan

Emas dan perak, dinding surga
Di tanahnya berdiri Kimkuma
dan bumi tersiram wangi kasturi.
Lambang suci, cerita abadi.
Cinta adalah pertemuan,
ditasbihkan waktu-waktu.
Sepanjang hari.

Jika kelak tak bisa
kau mengerti, hikayat-hikayat
yang diceritakan langit.
Hiruplah aroma subuh
dan waktu ibadahmu.
Di sana akan kau temukan
aku bersama seekor Kijang
menjemput ketabahanmu.

Yogyakarta, 03 Mei 2020

KATALIS

/1/

Dari kisah seribu satu malam
sampai dongeng Pinokio yang nakal
tak kutemukan jejak petualang
tentang teman seperjalanan

Dalam catatan kepergianku,
lakon-lakon dan pertunjukan
seperti parade kisah-kisah
yang tak pernah berhasil
mati. Ia terbang dan
tenggelam berulang kali,
di selamatkan malaikat
di batas senja.

/2/

Di bait dua puluh puisi cinta
ada satu nyanyian putus asa
tak terkisahkan dalam kepulangan kelima
begitu juga dalam kitab pertanyaan
hanya ada serpihan-serpihan
langit yang jatuh
di kota Tuhan.

Sehabis hujan
kudengar angin itu mencurimu
tanpa ada aba-aba.
Meniadakan iman di dada.

Aku ingin mencintai kata-kata
seperti kau yang selalu khusuk
berdoa dari kumpulan
doa yang apa adanya.

/3/

Daun berselimut kering
jatuh dari pohon-pohon duka
tumbuh di matamu.

Cerita yang bahagia
pupus ditelan tradisi.
Seraya kau bersabda dan
menenangkan diri:
Tuhan tak serumit hati wanita

Hantu, presiden dan puisi kesedihan
seperti menyingkap tabir bagaimana
perawan cantik yang terlelap
menceritakan kesedihannya
kepada Tuhan: Mutiara dari
lembah sunyi adalah jiwa-jiwa
yang sakit memeluk angin
dan kesedihan. Aku ...
Menunggu kematian
di Ibu Kota Lama

Yogyakarta, 04 Mei 2020

Puisi ini (Katalis) ditulis berdasarkan judul-judul buku yang diterbitkan oleh Indie Book Corner, beberapa judul mungkin sudah beralih ke penerbit lain.

DOA-DOA RINDU

/1/

Ibarat lampu kota
temaram, menjelma rindu
tak terbendung dalam dada.
Pertemuan yang tak jemu
ditunggu dengan ketabahan
doa-doa Ibu, khusyuk
isyarat perjanjian usai.

Aku merindukan kampung
halaman dan kamu.

Sesak detak
tak bergerak
perjalanan menuju
seperti seribu tahun lalu
perlahan mendekat
membawa segumpal air mata
dan kesedihan bisu.

/2/

Jantungmu tempat segala
tenang mendekap
dengan damai.

Dari bahasa Ibu yang hilang
hamparan doa seperti pertikaian
mendustakan kenyataan dan
menenggelamkan kepunahan.

Kisah kita adalah abu-abu
yang tak memudar meski renta
tak bisa disangkal. Bukankah
cinta selalu tahu
mana pelabuhan dan tempat
bertolak pulang?.

Aku merindukanmu
dan kampung halaman.

Berdoa dengan kebiasaan
semoga kau datang atau biarkan
bulan menjelmamu
yang dilukis ingatan
dari temaram-temaram
remang air mata
dan kepiluan perasaan.

Bertandang, membawa rindu
segenggam ucapan selamat datang.

Yogyakarta, 08 Mei 2020

INGATANMU MASA LALU

Menangis sembilu
di rindang pohon tua.
Ingatannya remukkan dada
dan kisahnya seperti silam
kenang, membeku di perjalanan.

Ruas-ruas jalan kota
meninggalkan jejak
setapak tak tampak.
Di halte bus kau terduduk
memeluk diri sambil bermain
genangan air mata bersalju.

Ingatanmu, masa lalu
Pikiranmu doa-doa yang gusar
Sesekali tersungkur
dan ribuan kali terpuruk.

Jiwamu meronta
tak berdaya,
luka dan kenang
menguliti bahagia.

Yogyakarta, 14 Mei 2020

MENDUNG MATAMU

/1/

Sepertinya hujan sengaja
dibiarkan jatuh oleh Tuhan
dari kelopak matamu
yang rindang alisnya -
menggigil di musim salju

Matamu yang mendung
pikirannya gulita
dan jiwanya bergemuruh
badai samudra, pasang
desah laut. Buih-buih berlari
ke bibir pantai membawa
penyesalan yang ditampung
di terumbu karang hatinya.

/2/

Begitu menyesakkan jauh dari
yang tersayang - Katamu setelah
kapal berlalu melewati batas
pelabuhan di mana cintamu berlabuh
dan bertolak haluan.

Baiklah, sayang
akan kutunggu sebuah kepulangan
yang senja pun tak tahu
kapan pergantian musim.
Semoga kau ingat, di perjalanan
doaku masih dan tetap bersamamu.

Selamat jalan, ingatkan aku
dengan debar jantungmu yang rindu
dan hiraukan pikiranku
dari gelombang perpisahan.

Di sini, cinta menunggu
penuh damai meski dada bergemuruh
dan kilatan petir menyambar
membawa kabar duka paling menyakitkan
cinta tetap untukmu
dan urusan rindu biarkan Tuhan
menyampaikan padamu di tengah lautan
dititipkan elang-elang pantai
yang bermigrasi.

Yogyakarta, 16 Mei 2020

Ritus & Langgam

Manuskrip digital dan dokumentasi tulisan Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama