Ritus & Langgam, Buletin --- Tulisan ini dipersembahkan kepada Ibnu Firmansyah atau yang lebih dikenal dengan nama pena Ibnufir. Ditulis pada 15 Juni 2020 sebagai ucapan selamat untuk pernikahannya dan permintaan maaf karena tidak bisa menghadiri undangannya.
Latar dari tulisan ini tidak jauh dari upaya seorang lelaki yang ingin memperjuangkan kekasihnya, di mana butuh proses dan keteguhan hati untuk memperoleh restu dari kedua orang tua si perempuan.
Dalam tulisan ini pun sebenarnya berisi doa-doa dan harapan yang tak jauh: Semoga cinta menyatu bersama dalam diri, mengantarkan mereka pada sebuah tempat yang diimpikan. Di beberapa bagian, diselipkan bahwa kesempurnaan tak pernah benar-benar dimiliki manusia dan segala bentuk karunia yang dikatakan baik dan benar adalah nikmat yang harus disyukuri.
Persoalan interpretasi saya persilakan untuk menyimpulkannya sendiri karena sebuah tulisan ketika disuguhkan pada khalayak sudah menjadi tanggung jawab masing-masing orang untuk menafsirkannya. Makna yang dipahami oleh saya tidak akan sama dengan yang dipahami orang lain. Tapi jauh dari itu semua, semoga tulisan ini bisa memberikan setitik kebaikan dan secercah harapan.
Sebagai seseorang yang menulis, saya merasa tulisan ini perlu disunting dan diselaraskan. Oleh karenanya, di beberapa bagian ada perubahan sehingga tidak sama dengan tulisan yang dibuat pada 15 Juni 2020. Tapi inti dari isi tulisan ini tidak diubah maupun digeser.
Selamat membaca dan sudahkah kalian memiliki calon. Segera menyusul saudaraku @ibnufir?
SEPASANG MATAMU, BIDADARI
Jiwaku tertambat sempurnadan seluruh rasaku kembali
berlayar menuju pelabuhan,
di mana sepasang matamu
melihat ke arahku.
menunggu dengan tabah.
“Masa depan, di pelukanmu dan
aku dalam hatimu bertasbih.
Di tengah akad kemarin. Iman
kembali dipertanyakan, adakah
aku mendustakan jika mencintaimu
lebih dari kadar kemanusiaanku?”
Sayang, kelak atau bahkan
besok kau kan temukan sedikit
demi sedikit kelemahan dan
banyak hal kekurangan dalam
diriku, tapi kuharap Tuhan
menjadikanmu tempat segala
tangguh, membantuku bangkit
dari kerapuhan sifat dan egoisnya
pilihan.
dan selalu menjadi salah satu
alasan mengapa cinta tak butuh
disebutkan melainkan dibuktikan
dengan tindakan.
Pada malam-malam yang akan
datang, masih dalam keadaan
asing. Kutemukan, sepasang
mata bidadari. Teduh dan
menyejukkan.
suci-suci lagu surga dinyanyikan
dan dari tangannya doa-doa
ditaburkan. Aku kembali, jatuh
cinta untuk ke sekian kalinya
padamu, perempuan yang
memenangkan segalanya.
Kini aku menyadari satu hal
Hidupku bukan hanya tentang
inginku, melainkan juga tentang
kenyamanan yang ikut serta kau
rasakan.
damai yang menenangkan riuh
peperangan dalam hati dan isi
kepalaku.
segala hal dan kesediaanmu
bersamaku, bahkan jauh sebelum
aku meminangmu. Membawamu
ke dalam rumahku sebagai bagian
sejarah hidupku.
Yogyakarta, 15 Juni 2020