Cerita di Balik Bintang Tragedi

Kumpulan Puisi Bintang Tragedi

Ritus & Langgam, Buletin --- Bintang Tragedi adalah puisi yang dikurasi dari beberapa cerita dalam buku Tentang Teman Seperjalanan, latar yang diambil masih mengadopsi ide aslinya.

Cerita yang diambil untuk bahan adalah kisah Bintang, salah satu tokoh yang semula ceria, berpikir sistematis dan begitu peka, sebelum akhirnya menjadi sosok berbeda selang beberapa pertemuan di batas senja, yang gugur bersama harapan, bahagia yang ia punya bersama kekasihnya.

Ia terpuruk dan tak lagi menjadi Sirius di waktu fajar, pun tak menjadi lentera kecil yang nyalanya tak padam. Bintang adalah perempuan yang dicintai oleh teman-temannya, terkhusus Cahyo.

Untuk memperoleh gambaran secara jelas dan rinci, silakan beli bukunya di Langgam Pustaka atau Indie Book Corner. Kalau mau langsung bercengkerama dengan penulisnya bisa, tinggal follow akunnya @cahyodreamer

Aku memilih mengadaptasinya karena memang hal itu yang kurasa paling mudah untuk dilakukan. Tidak ada alasan khusus, terkecuali bentuk apresiasi dan terima kasih telah menerbitkan buku Tentang Teman Seperjalanan. Namun yang perlu ditegaskan, puisi dan kumpulan cerpen tak bisa dijustifikasi secara langsung karena keduanya tetap memiliki makna bahasa dan makna teks tersendiri.

Lalu mengapa aku lebih memilih kisah Bintang dan Cahyo, sedangkan pada awal-awal cerpennya ada beberapa bab cerita tentang Adisty, Puri, dan Nita? Untuk gambaran kisah Nita dan Cahyo sudah ada pada postingan Surat Untuk Teman Seperjalanan.

Pertama dari segi panjang ceritanya, kedua karena di sana ada bentuk peribadatan, hikayat dan perseteruan perasaan bagaimana seseorang memendam cukup lama dan setelah mengutarakan terhempas begitu saja. Hatinya seketika retak dan begitu sukar untuk diutuhkan kembali. Dan terakhir, dalam bab ini (Bintang dan Cahyo) ada kilas balik dan rekaman sejarah bagaimana gejolak dari masing-masing tokoh.

Itulah sekilas tentang "Bintang Tragedi" yang diadaptasi dari karya Wahyu Nur Cahyo dalam buku Tentang Teman Seperjalanan.

PUISI BINTANG TRAGEDI

Sebuket bintang dan kisah
Tentang Teman Seperjalanan
gugur di Senin pagi. Kala kemarau
mengeringkan dada dan tiba-tiba
hujan mengguyur rona mataku
; aku kembali pada silam kenang
baptis hidup tentang Homili
yang dibacakan Romo In Nugroho.

Cinta adalah kunang-kunang
hinggapi tubuh ilalang
dan engkau salah satu alasan:
Cinta tak perlu diperdebatkan
dan urusan menyalahkan keadaan
tak lagi jadi soal. Nyatanya,
wangi aroma tubuhmu masih
menyertai perjalananku.

Jika kelak ia kembali tumbuh
semoga tak selalu subur
dan tak mekar begitu saja.
Akan kukembalikan pada waktu,
kadang membiru dan kering
bersama air mata yang selalu
hujan di matamu; juga hatiku.

Sebuket bintang, lapuk
kenangnya menumpuk
terpupuk. Semoga aku
tak memburuk, tak terpuruk.

Yogyakarta, 26 Juli 2020

Ritus & Langgam

Manuskrip digital dan dokumentasi tulisan Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama