Serial Kitab Perjanjian - Di suatu malam yang sunyi, di bawah langit Yogyakarta yang bertabur bintang, aku duduk sendiri di beranda rumah. Dalam kesendirian ini, kata-kata dan doa-doa sering kali menjadi sahabat setia yang membawa kedamaian. Setiap malam, aku merenungkan makna kehidupan, cinta, dan ketabahan yang terukir dalam setiap bait doa yang aku rapalkan.
Malam itu, dengan secangkir kopi hangat di tanganku, pikiranku kembali kepadamu, sosok yang pernah hadir dalam hidupku. Kamu yang kini hanya menjadi kenangan, tetapi tidak pernah benar-benar pergi dari hatiku. Cinta kita terasa begitu suci, terikat oleh takdir dan doa-doa yang tak pernah putus. Meskipun jarak dan waktu telah memisahkan kita, aku yakin bahwa cinta ini akan tetap abadi, seperti musim semi yang selalu datang kembali.
Sambil menatap langit yang dipenuhi bintang, aku mulai menulis di atas selembar kertas. Kata-kata mengalir begitu saja, seolah-olah aku hanya menjadi perantara antara hatiku dan pena yang aku genggam. Aku menulis tentang rinduku yang menjelma menjadi tubuh, tentang doa yang terucap dalam setiap tarikan nafasku, dan tentang cinta yang tak pernah padam meskipun waktu terus berjalan.
Saat fajar mulai menyingsing, pikiranku tertuju pada Sirius, bintang yang selalu aku lihat saat subuh tiba. Bintang itu mengingatkanku pada senyumanmu, yang meskipun telah pergi, tetap hadir dalam setiap doa yang aku panjatkan. Aku menulis tentang luka-luka yang pernah kita alami, dan bagaimana ketabahan telah menyatukan kita dalam cara yang tak terduga. Aku percaya bahwa cinta kita adalah kenyataan yang tak perlu diperdebatkan, sesuatu yang telah ditetapkan sebelum kita dilahirkan.
Dalam keheningan pagi, aku merasakan ketenangan yang mendalam. Aku tahu bahwa cinta sejati bukanlah tentang memiliki, tetapi tentang menerima dan merelakan. Doa-doaku adalah bukti dari ketulusan cintaku, sebuah persembahan kepada Tuhan yang telah menuliskan kisah hidup kita dengan begitu indah. Aku menutup malam itu dengan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi, cinta kita akan selalu hidup dalam doa-doa dan segala semoga yang terus aku rapalkan setiap hari.
4 Puisi Persembahan dalam Serial Kitab Perjanjian
Mukadimah
Nafas panjang makna mendalam
dari tawassul dan basmalah
aku berserah dan bersaksi
segala urusan telah dituliskan
dalam sejarah dan waktu penciptaan.
Langit merapalkan doa-doa
dan Bumi mengamini segala kebaikan.
Bersyukur atas banyak kejadian
tanpa lupa apa yang diciptakan
tak lebih dari ujian dan pengingat.
Untuk keterbatasan dan ketidakmampuan
milik setiap hamba. Berpulang dan membumi.
Kepada-Nya segala kebaikan dihaturkan
dengan kalam dan salam.
Untuk keterbatasan milik manusia
dan kesempurnaan milik-Nya.
Yogyakarta, 05 April 2021
Doa dan Segala Semoga
Dan kamu adalah rindu,
menjelma tubuh di rona mataku.
dalam doa dan segala semoga
untukmu segala setia tak sirna.
Kini dan nanti, tetap abadi.
Yogyakarta, 16 Maret 2021
Merapal Doa
Malam ini, aku ingin meminum kopi
ditemani kamu yang duduk manis
sesekali bercerita tentang waktu pulang
dan di banyak waktu diam, merapal doa
seraya berkata:
Kita adalah musim semi
mewangi harum aroma kasturi
untuk ketabahan hati
biarkan menjelma abadi
tentang segala yang ditetapkan sebelum mati.
Bantul, 29 Maret 2021
Sebelum Bulan Berpuasa
1/
Di langit malam dan batas khatulistiwa
senyummu serupa Sirius yang tiba
pada waktu subuh ia melepas segala
tentang rasi bintang yang luput dibaca.
2/
Sebelum bulan berpuasa
jadikan beban yang mengekang
sebagai pertanda bahwa cinta
adalah alasan mengapa perasaan
tak mudah diungkapkan.
Sebelum bulan benar-benar berpuasa
Jadilah ikhtisar dan ikhtiar seperti
lambang suci doamu penuh
di sepanjang waktu tak luruh.
Menyatu seluruh, padamu dan Tuhanmu.
3/
Aku dan kamu adalah kenyataan
tak perlu diperdebatkan masa lalu
sebab kita adalah tualang
yang sudah tiba lebih dulu di masa depan.
Tentang lukamu dan hal-hal yang pernah menyakitiku
biarkan Tuhan menyembuhkan dengan cinta
dan ketabahan-ketabahan. Untuk segala
doa, upaya, dan cinta.
Yogyakarta, 07 April 2021