Berjuang dan bertahan harus sama-sama punya makna, punya alasan kuat untuk meneruskan, berhenti sejenak tidak ada masalah selama berani melanjutkan. Pada dasarnya pilihan hampir sama dengan hidup yang sederhana, hanya saja pola pikirnyalah yang merumitkan. Pertimbangan yang dibuat dan perencanaan menuju keputusan itulah yang kadang menghambat sebuah kepastian.
Hal mendasar adalah bagaimana pola pikir sejalan dengan keinginan hati. Jika hati merasa nyaman dan tenteram, maka pertahankan. Apabila sebaliknya, tinggalkan. Puncak tertinggi kekhawatiran adalah ketika dihadapkan pada satu fakta yang bagi kebanyakan orang merupakan kebenaran dan bagi sebagian yang lain adalah kesalahan. Adakalanya kegetiran tumbuh menjadi keberingasan, bukan karena sudah hilang kewarasan melainkan sudah cukup ketabahan.
Kelak … tanpa kita sadari dan kita tahu, yang bertahanlah yang menang dan yang menyerang (tanpa tahu maksud-tujuan) merasakan kekhawatiran. Merasa takut, setan-setan mengambilalih pasukannya. Jadilah kuat seperti yang seharusnya karena cinta adalah ketabahan-ketabahan yang tidak perlu dipertanyakan batasnya.
Tidak perlu bertahan mati-matian hanya demi kenikmatan, sekuat tenaga memperjuangkan sesuatu yang memang tidak layak untuk diperjuangkan. Hidup adalah tentang bagaimana mimpi itu diwujudkan, meski kadang harus mengorbankan perasaan. Karena pada satu waktu yang (mungkin) panjang, akan datang dan akan ditemukan pelajaran bahwa yang dicari-cari jauh lebih berharga dari segala yang pernah dimiliki.
Jika nanti pada keadaan di mana hidup harus menjadi salah satu pilihan, maka sudah seharusnya cinta diberikan kesempatan terbang bebas mengarungi petualangan. Namun, satu hal yang pasti dari setiap musim yang dilaluinya: Hidup selalu membawa cinta ke mana pun ia berlabuh meski lautan garam tak seasin air mata ketika luka membasuh bukti-bukti asa.
Kita hanya perlu melangkah, hal dan perkara yang membuat jatuh tak perlu diperdebatkan karena yang harus dipercaya adalah apa yang seharusnya dilakukan. Memang ada saat di mana segala yang diharapkan jauh dari kata semoga, namun bukan berarti bahagia tidak bisa diraih dengan bangga.