Rinduku Pancaroba, Penuh Darma Bakti

Seri Kedelapan Belas Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- "Rinduku adalah sebuah musim, berganti-ganti. Menunggu reda hujan dan menyemikan kemarau. Rinduku pancaroba, menunggu pertemuan tiba."

Pelukanku tak perlu kau damba, sebab dingin tak mesti dihangatkan. Adakalanya ia harus dibiarkan saja, menusuk masuk ke tulang-tulang. Siapa tahu saripati rasa kau dapatkan dan mengajarkan ketabahan bahwa rindu tak mesti bersua saat ini juga.

Jika kau ingat, dulu pernah kukatakan: “Rindu adalah latihan, menuju dewasa dan proses, menumbuhkan ketabahan; mengentaskan ego dan keinginan-keinginan yang kerapkali memalsukan hasratmu”. Setidaknya tahanlah sebentar, tak perlu merasa takut. Rinduku milikmu dan pertemuan pasti kau dapatkan. Semoga kau bisa memaklumi dan belajar menabahkan hasratmu sampai batas waktu peralihan.

Kau tahu Sayang? Rindu sengaja kutahan tabah, tak kubiarkan keinginan merasukinya. Kubiarkan saja sesak mendesak harapan, sebab kuyakin rindu kan bersua juga. Pertemuan yang kau damba sebenarnya ada di sini, di palung hati terdalam. Kujaga dan kusimpan, karena nanti akan lebih bermakna dan berkesan. Bukannya aku menunda-nunda, hanya saja aku ingin lebih menikmatinya.

"Jika nanti pertemuan datang, dekaplah cintaku dan kuatkanlah asaku. Untuk saat ini, biarkan saja rindu belajar, tentang ketabahan dan sesaknya keinginan."

Karena rinduku, pancaroba. Pergantian musim dan keadaan. Pertemuan adalah kenyataan yang tak perlu kau pertanyakan. Cukup kau yakini, aku bertandang ketika waktunya tiba. Sampai bertemu di waktu yang telah dijanjikan, oleh semesta dan doa-doa yang kau panjatkan.

Wates, 01 Agustus 2019

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama