Pertemuan yang Dijanjikan Semesta

Seri Keduapuluh Delapan Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- Jika rindu datang merundung dada dan perasaan. Maka biarkanlah aku beristirahat sejenak dari sesaknya keinginan, mendewasakan keegoisan dan mengikhlaskan pertemuan. Dipilih Tuhan untuk bersama denganmu, tanpa perlu merasa risau dan kewalahan. Aku masih terus percaya rindu yang deras alirannya akan sampai pada muaranya, yaitu pertemuan. Diberikan Tuhan untuk kita berdua.

Bertemu denganmu sudah jadi suratan, kembali pada pelukan dan rasa nyaman. Kecupan dan ciuman menjadi ritual pertemuan, kembali ke dasar perjumpaan menghilangkan candu dan prasangka buruk tak dirindukan. Legamnya keinginan dan ranumnya perasaan, hilangkan tabah juga wawas diri. Aku mencoba menahan diri dari rindu dan egoisnya bertemu. Sebab aku sedang melatih diri untuk menabahkan segala perasaan dan kekhawatiran tengah kudewasakan.

Hai Sayang? Selamat pagi menjelang siang. Hari ini perasaanmu baik-baik saja bukan? Semoga kelak pertemuan tak lagi kau ragukan apalagi terus-menerus kau pertanyakan. Jadilah ranum namun bukan berarti memaksakan keinginan, sebab waktu telah merelakan rindu pulang pada hangat pelukan dan kecupan-kecupan.

Aku ingin berkata dan menjelaskan tentang sebuah pertemuan dan rindu yang terus dipupuk. Sejenak saja, kau dengarkan dan simak baik-baik agar tak ada kekeliruan dalam menafsirkan; mengambil arti dan kesimpulan, melibatkan hati dan segala rasa yang tengah gegap-gempitakan dadamu. Mengoyak-ngoyak kerelaan dan menenggelamkan tenang pikiranmu.

Jika boleh bertanya, apa makna yang kau ketahui tentang sebuah pertemuan? Untuk rindu, tidak perlu kau sebutkan sebab ia lebih tahu bagaimana kesabaran dan ketabahan; keinginan untuk segera menuntaskan dan menyelesaikan hasrat. Lalu setelah pertemuan bermuara, apa yang kau dapatkan selain kata “puas dan melegakan?”. Aku hanya ingin bertanya sebelum jauh menjelaskan dan mengabarkan, apa-apa yang kau inginkan. Tentunya tentang rindu dan pertemuan yang selalu kau nanti-nantikan.

Cobalah kau renungkan pertanyaanku itu dan biarkan aku mengatakan. Pertemuan yang selalu kau pertanyakan sama halnya dengan keinginan, termaktub dalam doa-doa. Ia sirat arti namun tetap sampai pada Ilahi. Rindu laksana senja, memerah saga warnanya. Menua dan kembali muda, pulang untuk beristirahat sebelum akhirnya berpetualang mencari pelukan kekasihnya. Rasa nyaman dan aman, jauh dari kekhawatiran.

Sayang, tidak perlulah kau wawas diri pertemuan tak disegerakan. Sebab rindu lebih tahu kapan waktunya pulang dan rumah mana yang ditujunya. Untuk waktu yang tak pasti, biarkanlah. Nikmati saja setiap rasa yang tumbuh, penuh bibit cinta. Sedangkan keinginan yang terus membuncah, istirahatkan sejenak dalam damai panjang penuh ketabahan.

Rinduku dan rindumu sama-sama jatuh dari doa-doa suci kehidupan. Pertemuan dijanjikan oleh semesta untuk kita tenangkan. Semoga, kita tak lagi mengkhawatirkan “kapan dan di mana pertemuan bermuara“. Sebab Tuhan tahu apa yang dibutuhkan masing-masing rasa, dari Arsy turun ke hati. Selamat bertemu kemudian, dalam harap doa dan sucinya perasaan. Atas Islamnya cinta dan imannya kebersamaan.

Wates, 15 Agustus 2019

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama