Pedih Kenang dan Perihnya Dilupakan

Seri Keduapuluh Tujuh Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- Aku ingin bercerita, tentang bagaimana cinta seharusnya menjadi sumber kekuatan. Menghapus air mata, memadamkan amarah dan luka-luka disembuhkan. Sehingga tak tersisa yang namanya pedih kenang dan perihnya dilupakan atau ditinggalkan.

"Setiap hal yang kau tinggalkan adalah cerita yang ingin kuabadikan meski pedihnya kenang menghilangkan kewarasan dan mengikis ketabahan."

Suatu hari, ingatanku kembali pada silamnya kenang. Cerita-cerita bahagia membentuk romansa tentang bagaimana cinta diperjuangkan dan dipertahankan olehmu yang sempat mengutuhkan perasaan. Upaya dan doa dikumandangkan, mengajak rindu untuk kembali mengutarakan pertemuan; membujuk asa menemukan muara pulang.

Segala bahagia, bentuk ikrar lahir tanpa semoga. Janji pemanis belaka, memperdayai kepercayaan. Dipupuknya ragam rasa dalam dada sebelum akhirnya dihempaskan tanpa iba dan doa-doa laksana butiran pasir putih, terinjak-injak.

Tentangmu yang pernah menjadi perantara kebahagiaan dan denganmu tujuan dibangun di atas mimpi-mimpi. Menuju masa depan tanpa sekalipun menghiraukan halangan, kegagalan dan kepedihan. Namun setelah semua proses hampir selesai, kau hanya menjadi kenangan. Meninggalkanku penuh luka lebam, hancurkan segala yang direncanakan diawal.

Perjalanan dan cinta yang dulu kubangun untukmu telah berumur, mungkin kau merasa bosan dan mulai terbiasa tanpa pernah berpikir untuk merubahnya. Kemudian mencari haluan berbeda, mengumpulkan keberanian untuk melangkah sendiri dan lupa masih ada aku di sini yang setia menunggumu kembali dari kesibukan. Di bibir pintu berdiri, menanti pulangmu.

Inginnya aku peluk dan bersalaman, namun itu hanya sebatas angan-angan yang lahir dari masa bahagia saat masih bersamamu. Sedangkan luka-luka yang kau torehkan di sini, membekas tak hilang menjadi pengingat bahwa kau semesta yang dulu kuhuni; dermaga yang kutuju; rumah tempat berteduh dari teriknya kepedihan dan derasnya ketakutan.

Kini aku terkatung-katung, tanpamu tujuan tak terasa sempurna karena yang disiapkan hilang dari suratan takdir dan keputusan bersama. Mengapa kau harus berpaling mencari cinta sejati menurut versi orang sekitarmu? Bukankah dulu kau katakan “takkan pernah meninggalkanku, menoreh luka mendalam”, tapi kini semua yang kau janjikan tak lebih dari perjanjian lama. Hilang keabsahannya.

Wates, 13-14 Agustus 2019

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama