Mengobati Luka dan Merawat Bahagia

Seri Keduapuluh Enam Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- "Persoalan bagaimana mengobati luka yang kau sayatkan, biarlah aku yang memikirkannya sendiri. Tanpamu, aku percaya semuanya baik-baik saja."

Pada kenang yang tertinggal dalam. Ingatanku kembali berpetualang, mencari harapan dan cita-cita yang pernah diucapkan. Untukmu yang pernah meninggalkan dan membasuh cinta dengan air mata. Selamat jalan kuucapkan, kini biarkanlah aku memeluk damai. Mengobati luka dan merawat bahagia, tanpamu jalan panjang masih kurencanakan.

Kekhilafanku waktu itu kau jadikan alasan. Katamu cintaku tak setabah bulan ketika awan membalut tubuhnya, sedangkan asaku kau ibaratkan perlombaan yang siap menerima kalah-menang. Lantas kau berkhotbah, mempertanyakan keseriusan dan kejelasan. Seakan-akan kau membaptis dirimu sendiri sebagai pihak yang dicerahkan, dikarunia ilham dan pertolongan.

Baiknya tak kau jadikan alasan, segala luka yang kau toreh sempurna. Sebab aku tengah mempersiapkan diri, mengobati luka dan merawat bahagia tanpamu. Namun, kau tidak perlu merasa iba karena cintaku tak serapuh jiwamu. Ketika cinta datang padaku, kujaga utuh rasanya dan kupupuk tumbuh tunasnya. Untuk kisah lainnya, angan-angan yang kau bawa dan kau janjikan padaku. Biarlah ia menjadi penguat dan penyemangat.

Tidak sadarkah engkau, bahwa jantungmu lebih rapuh daripada cintaku yang iman dan sepantasnya kau tidak menyudutkan khilaf rasaku, sebab asaku masih tahu diri untuk berintrospeksi. Aku lebih hafal bagaimana dewasanya pengetahuan dan persoalan ketabahan, masing-masing kita tidak lebih dari “mencoba bersabar“ sebagai bentuk latihan.

****

Tak bertegur sapa dan bicara. Tanpa doa dan semoga, hilang segala asa dan cita-cita. Mungkin … Kau hendak memulai kebiasaan tanpaku atau memang dengan sengaja kau biarkan rasa bersalah menyerangku? Jika memang demikian, maka biarlah aku berpasrah diri tentang perasaan juga bersiap untuk merelakan luka di hati.

Persoalan besar tidaknya impian yang kubangun di sini, biarlah waktu memutuskan antara luka dan bahagia yang tak bisa dimiliki. Menerima segala konsekuensi dan patah hati. Setidaknya aku sudah menghadiahkan perasaan yang tak mungkin orang lain berikan. Cinta yang utuh dan rindu yang sering Kali tumbuh.

Aku hanya ingin menyampaikan beberapa alasan dan fakta yang mungkin mengubah pemikiranmu. Tentang bagaimana cinta dimaknai dan perjuangan didefinisikan. Sehingga rasaku tak perlu kau salahkan dan harap doaku masih kau yakini sebagai cita-cita menuju ikrar suci.

Namun jika kau enggan menerima dan memahami, maka biarlah kebiasaan yang tengah kau ciptakan terus dikembangkan, menjadi jalan untukmu mencari kebahagiaan. Setidaknya aku tak ingin menobatkan bahwa cintaku adalah kesempurnaan dan harap masa depanmu. Karena jauh sebelum denganmu, telah kusiapkan segala hal yang diperlukan; ditinggalkan dan dilupakan; merelakan dan belajar mengikhlaskan.

Tahukah engkau, sampai saat ini aku masih meyakini. Cinta adalah darmabakti, meluhurkan mimpi dan harapan meski tak ada yang mengetahui akan seperti apa dunia di masa depan. Maka biarlah aku menegaskan sekali lagi, tentang cara mencintai dan memperjuangkanmu. Melapangkan perasaan dan menabahkan kekhawatiran.

"Mencintaimu adalah melatih kesabaran, memperkuat ketabahan dan mempertebal kedewasaan. Jadi, kurang lebih aku sudah memiliki cara dan rencana. Tentang bagaimana mengobati banyak luka dan merawat bahagia, tanpamu. Meski takkan mudah, aku percaya jalan baru menunjukkan keajaiban. Membawaku pada tujuan baru dan masa-masa awal hidup cerah penuh haru."

Wates, 13 Agustus 2019

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama