Anjungan Lapuk yang Kau Tinggalkan itu Cintaku

Seri Keduapuluh Lima Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- Tahukah engkau, anjungan lapuk yang kau tinggalkan itu adalah cintaku. Setelah semua hal kau raih, lantas kau tinggalkanku. Terpuruk dan terluka, seakan-akan cintaku sebatas permainan anak-anak. Mencari bahagia dan keindahan anjungan hati. Kini semuanya lapuk dan menua, sedangkan aku terpuruk penuh duka; merugi sebab kau tinggalkan begitu saja.

"Kau sebatas singgah untuk mencari untung dan setelah kau raih segalanya. Hatiku kau jadikan anjungan, lapuk di telan keadaan dan kenyataan."

Mengenangmu adalah kesalahan fatal, membunuh akal dan kesadaran; mematikan pikiran juga ketabahan dan aku tak ingin memaafkan segala luka yang pernah kau berikan meski cinta dengan mudahnya jatuh dalam pelukan.

Cinta yang pernah kau janjikan segala bahagianya tak lebih dari propaganda, mempermainkan perasaan dan keinginan untuk meraih masa depan. Katanya kau merelakan bahagiamu kuraih, namun nyatanya semua yang pernah kau katakan tak lebih dari perjanjian untung rugi. Seakan-akan kau memonopoli hatiku untuk keuntunganmu sendiri.

Setelah kau capai segala keinginan dan kebutuhan, lantas kau investasikan cintamu pada yang lain. Lalu, kau anggap apa aku selama ini? Apakah kau hanya menjadikanku sebagai tempat uji coba sebelum akhirnya membangun istana dengan kekasihmu?

Asal kau tahu saja, hatiku bukanlah persinggahan. Menurunkan barang dagangan untuk kau jual kembali. Aku cukup ingat dan sadar, dulu kau pernah bilang: “Cintaku persembahan untuk masa depan. Membahagiakanmu adalah cita-cita awal dan kau adalah ratu di singgasana hatiku”.

Dan apa sekarang? Kau hanya bermain-main, seperti mencari modal untuk membangun bidang-bidang dari luka dan air mataku. Kau tambang segala bahagia dariku dan kau berikan pada kolega-kolegamu. Setelah habis dan tak tersisa, kau tinggalkanku; mati tanpa suatu apa pun.

Air mataku kau jadikan sumber kehidupan dan nanar lukaku seperti limbah yang jatuh ke pembuangan. Tak pernah kau perhitungkan, aku terpuruk dalam banyak kerugian. Saat ini, aku tak lebih dari lumbung duka-duka. Tak terawat dan tak tersentuh cinta; ditinggalkan dan dibiarkan lapuk. Akhirnya dilupakan dan tak terselamatkan.

Wates, 10 Agustus 2019

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama