Menemukan Cinta, Bahagiaku Tak Lagi Milikmu

Seri Keduapuluh Empat Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- Setelah aku bersusah-payah melupakan, tanpa merasa bersalah kau kembali membawa sejuta kenang dan harapan. Penuh alibi dan alasan menyesal, mencoba menghidupkan cerita yang sengaja kau bunuh dengan kejam. Kau seakan-akan tak tahu malu, membawa-bawa bahagia yang sudah kunisankan. Tidak tahukah engkau, semua hal tentangmu telah kukubur di permukaan bumi. Dimakan cacing dan ulat.

Saat ini aku tak lagi butuh bahagia yang kau jadikan alibi untuk sekadar mengisi kosongnya hati. Cukup kau tahu saja, tidak mudah bagiku untuk sampai pada tahap ini. Banyak hal yang harus kupersiapkan, menabahkan perasaan dan mewujudkan sukarnya melupakan. Dulu memang sempat kujadikan kau alasan berjuang, memupuk harapan atas doa-doa masa depan. Segala upaya kulakukan, hanya untuk bersanding denganmu dalam ikatan halal.

Aku yang dulu penuh harapan dan asa untukmu. Merayu Tuhan, siapa tahu takdir memutuskan dan semesta menghalalkanmu padaku. Namun nyatanya apa? Kau justru menoreh luka mendalam, sampai-sampai tak bisa dinalar dengan akal dan aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Luka yang kau tinggalkan cukup menyakitkan sampai tak tahu harus mengatakan “ini cobaan atau kutukan”.

Kebahagiaan yang sempat kau berikan tak lebih dari manisnya asam, mendidihkan jiwa dan merenggut kesehatan. Aku telah cukup dalam tabah dan kesabaran, kini kuikhlaskan segala yang kau titipkan. Kenangan kutenggelamkan, sengaja kuberikan pada badai laut pasang. Kurelakan karang mencabik-cabik ingatan. Aku bahagia, kau tak lagi di sini. Kebebasan dan belenggumu tak lagi jadi batasan dan kekhawatiran.

Namun aku bukan orang yang egois dan tak tahu berterima kasih. Kuterima semua sesal perlakuanmu dulu dan penuh ketabahan memaafkan, tapi bukan berarti untuk kau sakiti seperti waktu itu. Kini aku lebih nyaman, bersandar pada Tuhan atas banyak pilihan. Kau bukanlah orang yang kuharapkan seperti dulu ketika cinta masih milikmu. Jadi tidak perlulah kau merayu dan mengumbar-ngumbar janji manis. Aku tak lagi butuh cintamu dan hatiku enggan menerimamu kembali.

Silakan kau cari jalanmu sendiri dan biarkan aku dengan pilihan hidupku. Aku telah menemukan jalanku, tentunya tanpamu. Tenang saja, aku takkan menaruh dendam apalagi menjelek-jelekkan. Itu bukanlah tabiatku, aku telah merelakan dan belajar mengikhlaskan; menerima segala luka dan bahagiamu yang kau berikan dulu. Untuk saat ini, kuserahkan segala urusan pada yang berhak memutuskan. Tujuanku hari ini bukanlah dirimu, melainkan untuk menunaikan darma bakti pada Tuhanku.

Selamat jalan dan selamat berpisah untuk kedua kalinya. Kembalilah pada rumah yang membuatmu nyaman. Carilah bahagiamu sendiri, tanpamu aku cukup tangguh. Melanjutkan hidup dan perjalanan. Terima kasih telah kembali dan maaf aku tak bisa menerimamu lagi karena cintamu palsu dan bahagia yang kau tawarkan penuh duri; luka hati menyayat iman dan Islamku.

"Menemukan cinta yang lain selain aku, yang bisa kau jadikan tempat bersandar; melepas haru dan kebahagiaan yang tidak ada dalam diriku."

Aku doakan semoga bahagia menyertaimu, jika kelak kita bertemu di tengah jalan. Sapalah aku atau biarkan aku menegurmu jika kau merasa malu. Setidaknya aku tidak lupa diri, bahwa kau pernah menjadi “seseorang” dalam hidupku. Untuk bagaimana kamu bersikap, itu terserah pilihanmu. Intinya aku tak lagi merasa bahagia di tanganmu dan segala kenang denganmu telah mengajarkan, mendewasakan dan membuatku cukup lapang.

Terima kasih kuucapkan telah menjadi perantara kuatku. Semoga kau temukan seseorang yang bisa dijadikan tempat pulang, rumah yang membuatmu nyaman tanpa perlu membuat-buat alasan. Selamat berpetualang kuucapkan, menemukan cinta yang lebih tabah dan tenang daripada aku.

Wates, 08 Agustus 2019

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama