Persepsi Cinta, Kepercayaan dan Penerimaan

Seri Kedua Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- Pada dasarnya yang menjadi cita-cita cinta adalah kepercayaan dan penerimaan. Sedangkan persepsi yang keluar atasnya adalah hal yang harus diperjelas sehingga segala kemungkinan bisa dipelajari dan keyakinan bisa diamini.

Jika nanti kau temukan aku, memeluk luka paling dalam. Maka biarkanlah sejenak, sebagai bentuk penyesuaian dan penerimaan. Saat ini aku belajar bersabar dan mengikhlaskan semua hal dari kehidupan, begitu pun tentang kebenaran dan keadaan. Mungkin bagimu ini berat dan menyesakkan karena “kesendirian adalah hal menakutkan” bagi setiap orang. Namun percayalah, setelah melalui semua perih dan pedih yang melumat hati. Aku akan kembali pada pelukan ternyaman dalam setiap sejarah cintamu.

Saat ini aku sedang menyesuaikan diri dengan pertimbangan-pertimbangan yang kerap kali menghanguskan perjuangan. Laiknya sebuah perhelatan yang butuh persiapan, begitu pun denganku. Aku masih terlalu dangkal pikirannya tentang pengharapan, tentang kebersamaan, dan tentang semua hal yang menunggu di depan.

Setidaknya ada jalan menuju tenang yang telah kau persiapkan. Semoga kau mengerti dan memaafkan kelabilan yang sedang aku alami. Semoga kau mengerti dan menerima segala keputusan bahwa hidup adalah kamu yang tidak pernah berhenti mengingatkan tentang beratnya berjuang sendiri, dan tentang kerasnya kehidupan.

Harapan terbesar adalah ketika kamu mampu menenangkan diri dan memilih untuk bersabar; menunggu dewasanya pikiran: aku yang masih diambang batas kekeliruan. Segala hal yang terjadi dan kemungkinan yang tak pernah kupahami adalah tahap belajar menuju tempat ternyaman, hatimu.

Kisah kita adalah perlambang sebuah yang baru, menjadi tua dan lusuh. Seperti cinta yang terlahir dari ketabahan-ketabahan, membawa duka pergi; air mata tak lagi menjadi hujan yang mendungkan matamu. Semakin lama dan semakin tua usia cinta yang kita bina maka akan dewasa ceritanya, begitu pula dengan pengambilan sikap dan keputusan. Semoga kelak, engkau dijadikan Tuhan untuk menjadi satu-satunya alasan “mengapa aku hidup” tentu selain tujuan awal dilahirkannya manusia.

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama