Hidup Penuh Daya dan Muslihat, Nak

Seri Kesembilan Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- Jika hidup adalah tentang berjuang, seharusnya apa yang kau perjuangkan? Jika hidup adalah tentang bagaimana menerima kenyataan, lantas kenyataan yang seperti apa yang sudah diterima dengan lapang? Manusia itu seperti halnya buah yang hampir busuk, penuh dengan distorsi, manipulatif, dan semaunya sendiri. Coba bayangkan saja, seseorang yang hampir sepanjang hari bersama kita saja masih memiliki pikiran picik; menikung kita dari awal.

"Sejarah adalah kebohongan paling sempurna sedangkan pelakunya adalah pengkhotbah yang lupa mengenalkan namanya sendiri pada dunia."

Pikiran manusia itu hanya satu, bagaimana ia diterima oleh orang lain tanpa pernah memikirkan bagaimana orang lain menerimanya. Manusia itu tidak ada yang jujur, semuanya tidak bisa dipercaya. Selalu ada kebohongan-kebohongan yang terlintas dalam benak pikirnya. Contoh kecilnya saja, kamu mengatakan tentang sesuatu yang tidak pernah diketahuinya tapi karena ingin dianggap mampu dan cukup berpengetahuan, justru menjawab sekenanya.

Kadang orang yang paling dekatlah yang paling berbahaya. Mengaku satu pendapat tapi ketika melihat pendapat yang lebih dominan, ia langsung beralih pikiran. Sifat manusia sejatinya adalah pembangkang dan bagaimana ia mengamankan dirinya sendiri.

Hidup Adalah Hari Ini

Bertahan? Tidak semudah itu Nak, kita cenderung memiliki sifat yang mudah bosan, berniat menyerah, dan tidak pernah bisa bersabar barang sejenak. Ada baiknya, jika kamu memang berniat bertahan, lakukanlah dua hal ini. Pertama maafkan dirimu sendiri, dan kedua berterima kasihlah karena kehidupan sudah membawamu sampai di tempat ini; di waktu yang bagimu terlalu sulit.

Anakku, hidup adalah apa yang sekarang kamu jalani. Jika kau berhasil melewati hari ini dengan baik, maka kedepannya akan lebih mudah meski jalan selalu terjal. Teruslah berusaha dan berjuang, tapi jangan lupa beristirahatlah ketika kamu merasa lelah. Hidup adalah tentang pilihan-pilihan yang datang. Membawa kita pada satu kenyataan. Hidup adalah apa yang mereka sebut berjuang. Tapi bagiku, Nak … Hidup adalah apa yang dilakukan hari ini, hidup adalah apa yang kamu rasakan detik ini, dan hidup adalah segala hal yang kita jalani.

Berjuanglah jika memang kamu anggap itu perlu dilakukan dan bertahanlah jika memang itu diharuskan. Tapi berhentilah melakukan itu semua, jika hidup bagimu hanyalah masa depan. Berhentilah dan beristirahatlah sejenak, mungkin ada yang lupa kamu pahami dari hidup ini.

Cinta membuatmu lelah, Nak? Beristirahatlah sejenak, bersandarlah ke bahuku. Ayahmu ini selalu tahu kapan kamu harus merelakan dan berjuang. Cinta selalu mudah datang bagi mereka yang belajar memaafkan. Entah memaafkan dirinya sendiri yang rapuh, memaafkan perilakunya yang pura-pura tangguh atau belajar memaafkan segala yang dianggapnya utuh.

Anakku, kadang kita perlu beristirahat sejenak. Membiarkan kenang kembali diputar, mengingat-ingat apa yang hendak dicapai, mendiskripsikan ulang pengertian kebahagian dan menjelaskan kepada diri sendiri bahwa hidup adalah tentang melanjutkan; kisah, pengalaman, dan kepercayaan. Kita tidak perlu mengira-ngira masa depan, tapi jangan lupa menyempatkan diri mendoakan kembali segala harapan.

Yogyakarta, 10-13 Agustus 2018

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama