Asaku Doa-Doa, Melangit ke Angkasa

Seri Keduapuluh Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- "Tak perlulah kupaparkan dengan jelas, segala rasa masih membekas. Penuh darma, berbakti tanpa mencela."

Asaku doa-doa, melangit ke angkasa. Merayu Tuhan untuk kata semoga, siapa tahu Tuhan mengkhitbahkanmu padaku; menjadi teman dan pelengkap kekurangan; tempat bersandar ketika lelah dan menenangkan resah yang meronta-ronta. Engkaulah segalanya, bahagia yang tak pernah lupa kubaca.

Tentang rinduku yang tak mau mereda, biarkan saja. Jika semoga mengalir dari doa-doa suci, pertemuan pasti bermuara pada telaga hatimu. Hilangkan pasang dan badai dari samudraku. Aku tidak perlu merasa khawatir dan kamu janganlah mempersulit pasti, sebab rindu dan pertemuan paling mengerti keadaan yang dinanti.

Perihal cinta yang sukar diterjemahkan bahasa, kuyakini kaulah segala hal yang tak perlu kukira-kira apalagi kueja maknanya sebab Tuhan telah memahamkan. Karenanya, aku tak perlu menisbahkanmu dengan kemungkinan yang setan-setan hasutkan. Engkaulah kesempurnaan, lengkapi kekuranganku dan engkaulah, segala ketabahan yang tenangkan jiwaku.

Kesempurnaan yang telah datang, semoga saja menjadi pelita. Menerangkan jalan dan menuntunku menuju cahaya. Kesempurnaan cintamu telah mengajarkanku bahwa luka hanyalah goresan kecil, sembuh ketika waktunya: Diobati dan dirawat dengan bahagia.

Wates, 03 Agustus 2019

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama