Biarkanlah aku menjadi seseorang yang bebas dalam menentukan banyak hal meskipun aku termasuk orang biasa-biasa saja. Biarpun sering menanggapi banyak kejadian dengan sederhana dan seperti tidak peka. Namun jauh dari kata baik dan buruk yang kau tanamkan pada benak pikirmu, aku adalah orang yang terbilang setia. Bukannya aku mau memuji diriku sendiri atau memaksakan pemikiran dan asumsiku, ini merupakan bentuk pernyataan.
Aku cukup tahu, mungkin saat ini kau tengah berpikir dan hati kecilmu berkata: “Mana mungkin setia diakui sendiri, setia itu dilihat dari tindakan dan perilaku. Setiap orang yang mengatakan setia, pada akhirnya mendua atau mengingkari janjinya. Hal itu sudah sering terjadi dan tak bisa dipungkiri”.
Aku tidak akan menyalahkan pemikiran itu, sebab pemikiran itu datang atas kekhawatiran dan kemawasanmu tentang sebuah hubungan maupun ikatan. Toh pada kenyataannya, apa yang kusampaikan adalah ketegasan dan kejujuran. Percaya dan tidaknya kamu bukanlah urusanku, urusanku hanya mencintaimu; berusaha bertahan; menjaga cinta dan rasa ini agar tidak sirna, sehingga hati ini tetap terisi satu nama. Seseorang yang memang aku anggap berharga sebagai kekasih dan pasangan hidup.
"Aku hanya ingin biasa-biasa saja dalam banyak hal, termasuk mencintaimu. Aku tidak perlu memaksa banyak hal menjadi yang istimewa, aku hanya perlu merasa kaulah segalanya."
Bagiku, bukan kepercayaanmu yang penting tapi kesediaanmu memahamiku, mengetahui keinginanku, dan segala hal yang tersirat dalam diriku. Bukankah dulu, jauh sebelum kau mengenal dan menjalin asmara denganku. Kita adalah dua orang yang sama-sama asing, sibuk dengan kehidupan masing-masing, tak pernah bertegur sapa apalagi berjumpa?
Lalu untuk apa aku harus memaksakan keadaan maupun kenyataan yang (jika) sukar diterima oleh pikiran dan hatimu. Jauh lebih baik aku memikirkan cinta yang tumbuh utuh di sini, menjaganya sebaik aku menjaga diriku. Itu jauh lebih menguntungkan bagiku dan biarpun nanti kecewa, aku tahu sampai mana batasan cinta dan kesempatan yang Tuhan berikan. Itu saja.
Namun kamu tenang saja, aku bukan orang yang egois seperti tidak memedulikan apapun, aku tetap berdoa karena aku mengetahui batas mampu dan kekuatanku. Aku tetap akan melibatkan Tuhan dalam hubungan ini.
Tidak perlulah kau mempertanyakan banyak hal yang berhubungan dengan perasaan: cinta, kasih sayang, dan kesetiaan. Meski tidak cukup pandai, aku cukup tahu bagaimana bersikap selayaknya pejuang; aku masih mampu mempertahankan apa yang menurutku benar tanpa pernah merugikan apalagi menyakitimu dengan kejam; aku tahu dan bisa membedakan, apa yang harus kulakukan dan kuselesaikan.
Jadi, biarkan aku tetap merasa nyaman tanpa sedikit pun seperti mengekang. Cinta butuh kepercayaan, rindu butuh kesabaran, dan aku butuh kamu yang tidak meragukan banyak hal dalam kehidupan. Kalau kamu bagaimana, masihkah merasa berat membuatku berpikir “Aku adalah orang yang bebas?”.
Wates, 25 Juli 2019