Ritus & Langgam, Prosa --- Pada akhirnya, mencintai adalah sesuatu yang sifatnya memberi, tak melulu menerima maupun harus memilikinya.
Pada akhirnya, mencintai adalah upaya dari merelakan dan menuju masa depan. Dengannya atau sendiri.
Sepekan ini. Kenangan tentangmu menyeruak, cerita-cerita seperti lalu lalang dan tawa-tawa serupa angin, menyisir ilalang.
Hari ini, kembali kubuka. Lembar-lembar kisah masa lalu dan rencana yang akan datang. Begitu pula dengan keinginan-keinginanmu yang dahulu, tercatat rapi di setiap baris puisi.
Ada satu kalimat pembuka dalam buku bersampul wajahmu.
"Suara kita seperti gema dan rindu adalah bagian dariku. Sedang cinta, setubuh rasamu, menyatu bersamaku."
Kenangan tentangmu masih melekat dan enggan pergi, ia betah berlama-lama di sini. Mengusik dan menggerutu.
Hampir sewindu perjalanan dan tentunya tak sedikit yang kita punya, ragam cerita, pengalaman, dan perbedaan yang saban hari kian mirip. Namun, cerita tetaplah cerita. Ia selalu punya akhir, ada yang baik dan sebaliknya.
Pun rencana dan segala hal yang pernah dan akan terjadi menjadi salah satu plot dan bagian cerita yang oleh banyak penulis (kadang) tak dijelaskan lebih lanjut. Begitu pula dengan kisah kita yang harus diakhiri, meski tak seluruhnya selesai.
"Kenangan selalu menjadi pelipur, sekaligus lara yang melebur bersama. Namun, aku bersyukur dan berterima kasih. Untuk setiap pengajaran dan pembelajaran yang kuperoleh darimu. Untuk cinta dan kasih sayang yang tak sudah-sudah."
"Aku yang masih dan akan tetap mencintaimu seperti waktu itu. Segala menyatu bersama kepergianmu. Amerta juga niskala."