Rekomendasi Buku Bacaan Realisme Magis Klasik

Rekomendasi Buku Bacaan Realisme Magis Klasik yang Harus Kamu Baca

RITUS & LANGGAM - Rekomendasi Buku Bacaan Realisme Magis Klasik. Di suatu tempat antara alam fantasi Mordor dan Narnia dan dunia nyata terletak realisme magis, sebuah genre sastra di mana unsur-unsur fantasi dimasukkan dalam realitas hidup dan sering kali lahir sebagai kenyataan. Berikut daftar judul yang bisa kamu tambahkan ke daftar bacaanmu.

1. One Hundred Years of Solitude (Seratus Tahun Kesunyian)

Buku yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1967 ini menceritakan kisah kebangkitan dan kejatuhan, kelahiran dan kematian di kota mitos Macondo melalui sejarah keluarga Buendia selama tujuh generasi. Ketika membaca buku ini, pembaca akan disuguhi perasaan inventif, lucu, magnetis, sedih dan keadaan hidup dari seorang pria dan wanita yang tak terlupakan — dipenuhi kebenaran, kasih sayang, dan kekuatan liris yang mampu mengusik jiwa — novel ini disebut sebagai maha karya dalam seni fiksi setengah abad setelahnya.

Menurut pengakuan penulisnya [Gabriel García Márquez] ketika akan berlibur di Acapulco, "Itu sangat kokoh dalam diriku, sehingga aku bisa mendiktekan bab pertama, kata demi kata, kepada juru ketik."

Ulasan Pembaca Pilihan: "Seratus Tahun Kesunyian adalah karya sastra pertama sejak Kitab Kejadian yang seharusnya menjadi bacaan wajib bagi seluruh umat manusia… Mr. Garcia Marquez telah berupaya semaksimal mungkin agar pembaca merasakan kedalaman cerita, penuh arti, dan tidak sia-sia dalam kehidupan.” — William Kennedy, New York Times Book Review

2. Life of Pi (Kehidupan Pi)

Mungkin contoh realisme magis yang paling terkenal dalam sastra abad ke-21 adalah Life of Pi. Novel Yann Martel bercerita tentang lelaki yang terdampar selama ratusan hari dengan seekor harimau Bengal. Ketika membaca buku ini, pembaca akan diajak untuk merenungkan subjektivitas dari realitas kehidupan yang dialami sang tokoh.

Dalam sebuah wawancara, Martel mengatakan, dia sebenarnya menginginkan hewan asli India dan mempertimbangkan gajah yang dianggapnya terlalu lucu, dan badak ["Saya tidak tahu bagaimana membuat herbivora bertahan hidup di Pasifik"] sebelum akhirnya memutuskan harimau sebagai pilihannya.

Sinopsis: Putra seorang penjaga kebun binatang, Pi Patel memiliki pengetahuan ensiklopedis tentang perilaku hewan dan kecintaan yang kuat pada cerita. Ketika Pi berusia enam belas tahun, keluarganya bermigrasi dari India ke Amerika Utara dengan kapal kargo Jepang, bersama dengan hewan kebun binatang mereka menuju rumah baru.

Kapal tenggelam. Pi mendapati dirinya sendirian di sekoci, teman satu-satunya adalah hyena, orangutan, zebra yang terluka, dan Richard Parker, harimau Bengal seberat 450 pon. Harimau itu kemudian menerkam semuanya, kecuali Pi yang ketakutan. Bermodal pengetahuan dan kecerdikannya, Pi bertahan hidup bersama dengan Richard Parker selama 227 hari saat hilang di laut.

Setelah mendarat dengan selamat di pantai Meksiko, Richard Parker melarikan diri ke hutan, tidak pernah terlihat lagi. Pihak berwenang Jepang yang menginterogasi Pi menolak untuk mempercayai ceritanya dan menekannya untuk mengatakan "kebenaran" kepada mereka. Setelah berjam-jam pemaksaan, Pi menceritakan kisah kedua, sebuah kisah yang tidak dramatis dan spektakuler, jauh lebih masuk akal — tapi apakah itu mengandung kebenaran?

3. Red Sorghum (Sorgum Merah)

Realisme magis juga dipandang sebagai salah satu cara untuk menggambarkan akurasi dan adaptasi kebudayaan yang gagal diterjemahkan dalam literal khas barat.

Novel yang ditulis oleh Mo Yan dan terbit pada tahun 1986 ini sebenarnya diadaptasi dari cerita rakyat dan dikembangkan menjadi cerita dengan latar, setting dan konflik kehidupan nyata seperti Perang Tiongkok-Jepang II.

Mencakup tiga generasi, novel keluarga dan mitos ini memuat kilas balik dan serangkaian peristiwa mencekam, menakjubkan sekaligus mengejutkan, karena pembaca akan dipertemukan dengan gejolak perjuangan, pengorbanan, dan kisah haru ketika Cina dan Jepang bertempur pada tahun 1930-an.

Red Sorghum adalah realitas kehidupan, di mana dongeng dan sejarah berpadu-padan sekaligus bertabrakan di waktu yang sama, sehingga melahirkan cerita fiksi yang sama sekali baru dan tak terlupakan.

Ketika dia memenangkan Hadiah Nobel kategori Sastra tahun 2012, panitia menjelaskan, "Melalui gabungan-campuran fantasi dan kenyataan, perspektif sejarah dan sosial, Mo Yan telah menciptakan dunia yang mengingatkan kita pada kompleksitas tulisan-tulisan William Faulkner dan Gabriel García Márquez, pada saat yang sama menemukan titik tolak dalam sastra Tiongkok kuno dan dalam tradisi lisan."

4. Midnight’s Children (Anak Tengah Malam)

Novel Salman Rushdie — yang memenangkan Booker Prize — bercerita tentang keadaan India pasca kolonial melalui kehidupan pribadi para tokohnya setelah Inggris hengkang dan negara itu merdeka.

Semua anak yang lahir pada masa ini memperoleh hadiah khusus seperti telepati, dan buku ini dikemas dalam perspektif realitas hidup dan peristiwa bersejarah sehingga memberikan daya tarik sendiri.

Buku ini lahir dari empirisme dan bacaan penulisnya, selain itu yang menjadi sumber Rushdie adalah alur cerita Bollywood yang lebih besar dari kehidupan. Seperti yang dia tulis di The Guardian, “karena itu akan menjadi novel Bombay, itu harus berakar pada film juga, film dari jenis yang sekarang disebut 'Bollywood,' di mana bencana seperti bayi dipertukarkan saat lahir dan diberikan kepada ibu yang salah adalah kejadian sehari-hari.”

Sinopsis: Saleem Sinai lahir pada tengah malam [15 Agustus 1947], saat kemerdekaan India. Disambut oleh pertunjukan kembang api, sorak-sorai banyak orang, dan Perdana Menteri Nehru sendiri, Saleem tumbuh untuk mempelajari konsekuensi tak menyenangkan dari kebetulan ini. Setiap tindakannya dicerminkan dan diperbesar dalam peristiwa yang mempengaruhi jalannya urusan nasional; kesehatan dan kesejahteraannya terikat erat dengan bangsanya; hidupnya tidak dapat dipisahkan, kadang-kadang tidak dapat dibedakan, dari sejarah negaranya. Mungkin yang paling luar biasa adalah kekuatan telepati yang menghubungkannya dengan 1.000 "anak tengah malam" India lainnya, semuanya lahir pada jam pertama itu dan diberkahi dengan hadiah ajaib.

Novel ini merupakan kisah menarik sebuah keluarga sekaligus kebangkitan menakjubkan dari tanah yang luas dan orang-orangnya – inkarnasi brilian dari komedi manusia universal. Empat puluh tahun setelah penerbitannya, Midnight's Children berdiri terpisah baik sebagai karya fiksi yang penting dan pertunjukan yang brilian oleh salah satu suara sastra besar di zaman kita.

5. Beloved (Kekasih)

Novel pemenang Hadiah Pulitzer karya Toni Morrison mengambil inspirasi dari peristiwa nyata. Saat dikejar oleh para budaknya pada tahun 1856, seorang wanita bernama Margaret Garner membunuh putrinya dan berusaha membunuh anak-anaknya yang lain untuk menyelamatkan mereka dari perbudakan.

Meskipun berakar pada sejarah, Beloved dijiwai dengan unsur-unsur mistis, dengan Sethe (karakter berdasarkan Garner) membunuh anaknya yang hidup sebagai hantu. Jika kamu butuh beberapa jeda untuk memperoleh buku klasik, kamu berada di tempat yang tepat dan baik.

Menurut pengakuan Morrison di The Colbert Report, dia tidak membacanya sampai 2014, berarti hampir 30 tahun setelah buku ini diterbitkan.

Latar dari Cerita: Sethe adalah tokoh protagonis dalam buku ini, ia lahir sebagai budak yang melarikan diri ke Ohio. Delapan belas tahun kemudian dia masih belum bebas, kenangan indah tentang kampung halaman dan rumah, begitu juga dengan kengerian yang terjadi di lahan pertanian rumahnya.

Tidak hanya itu, rumah barunya dihantui oleh anaknya yang meninggal tanpa nama dan batu nisannya diukir dengan satu kata: Kekasih. Buku ini dipenuhi dengan puisi pahit dan ketegangan sekencang tali, Kekasih adalah pencapaian yang menjulang.

Penyangkalan: Artikel ini diterjemahkan dan dimutakahirkan dari tulisan Michele Debczak dengan judul "10 Classic Magical Realism Books You Should Read" yang diterbitkan oleh Mental Floss.

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama