Cintaku, Menghamba Diri

Ritus & Langgam - "Kita tak jarang berziarah, memutar kenang di setiap sudut-sudut kota ini. Jalan yang pernah dilalui, kita putari kembali untuk sekadar mengingat bahwa kita pernah di sini. Melihat lalu lalang orang-orang pulang kerja, rel kereta, dan bis kota".

Aku sudah tak lagi menghitung berapa lama kita bersama dan seberapa banyak lembar kisah yang ditorehkan. Aku hanya mengingat, setiap kali pertemuan menjadi keharusan. Batas-batas kota ini akan kembali menjadi saksi, cerita baru tercipta.

Tak jarang kita memutari kota hanya untuk melihat bagaimana orang-orang sibuk pikiran penatnya selepas kerja dan ada pula ketika kita duduk di alun-alun selatan, sekadar untuk membeli rujak dan memperhatikan lalu lalang kendaraan.

Tentu kamu ingat, tak sedikit pertanyaan perihal kebosanan dan perasaan -- cemburu, suka senangku pada yang lain, teman dan keluarga. Yang jika kamu cukup handal mencintaiku, tak perlulah kekhawatiran dan prasangka itu muncul. Karena, bagiku perasaan adalah setatap mata yang hilang saat itu juga.

Lantas bagaimana dengan membersamaimu hingga saat ini, apakah cinta, sayang, dan kasih tak juga setatap mata?


Untuk apa takut dan was-was, segala bentuk perasaan dan yang membikin hati berdebar bisa dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebab hidup adalah rasa dan logika. Hidup bagiku yang terbentuk dalam diri dan hal di luarnya adalah buah dari hidup itu sendiri. Lahirnya kehidupan dan penghidupan.

Aku mengerti dan memahami, merasa cemburu dan ingin sama dengan kehidupan orang lain itu tak masalah. Hanya saja, tak mungkin jika denganku. Aku memiliki cara sendiri dalam mencintaimu begitu pula dengan tetap mempertahankanmu.

Jika kamu ingat segala hal yang pernah kusampaikan, maka tak mungkin pertanyaan receh dan sepele itu terlontar. Pun kau tahu sendiri, aku kadang mengisahkan dan mendongengkan hal-hal yang memang diperlukan untukmu dan hidupmu.

Tak pernah, bukan? Aku berbicara panjang lebar soal cinta dan kasih sayang yang banyak orang ributkan. Bagiku, hal semacam itu sudah cukup. Begitu pula "cukup menghadap yang ada di depanmu dan selesaikan inginmu".

Biarkan, penjuru dan panjangnya jalan kota memberitakan. Bahwa cintaku adalah dengan menghamba pada diri.

Yogyakarta, 10 Juli 2022

Ritus & Langgam

Manuskrip digital dan dokumentasi tulisan Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama