Ritus & Langgam - Waktu itu, kita masih seperti anak belasan tahun. Merasa nyaman dan sibuk dengan kesenangan. Tapi tahukah kau, setelah umur semakin bertumbuh dan gejolak hidup bertambah. Tak hanya kau yang ada di kepala, masa depan yang telah direncanakan kerap kali mengunggulimu. Ia berlarian ke sana ke mari, membawa sejuta bayang kegagalan sekaligus kekhawatiran. Bukan soal kemapanan yang ingin kusampaikan, sayang. Melainkan tentang bagaimana hidup setelah 10 tahun mendatang.
Tak perlu kau tanyakan, ada apa di waktu itu. Kita hanya perlu bersiap menerima segala yang ada sekarang, berjalan dan bergandengan tangan agar tetap utuh; tak mudah rapuh, apalagi seketika runtuh.
Tentu kau tahu, jarak dan usia yang tak lagi muda. Terlebih kau dan aku tak di usia yang sama. Bukannya aku ingin meringankan beban apalagi menomorduakan kau, ini semua perihal kesiapan dan kesanggupan; kesempatan dan keselamatan.
Aku tahu di benakmu banyak pertanyaan bertaburan, mungkin kalau harus diperinci satu persatu akan sampai seribu. Mulai dari pertanyaan status, sampai ruang, dan tempat untukmu di hatiku.
Sayang... Aku adalah lelaki yang bagi kebanyakan perempuan dipahami dengan sejengkal pengetahuannya. Sudah pengetahuan umum, ada kalanya kebenaran dan kesungguhan hilang ketika disandarkan pada baik-buruk, benar-salah, penting-remeh. Tapi yang harus kau ingat dan pahami dengan sebenar-benarnya adalah "tiada lelaki yang sama di dunia ini".
Lantas bagaimana kedekatanku dengan kebanyakan mereka, itu kan yang selanjutnya ingin kau ajukan?
"Hal lain yang perlu kau pelajari dari segala pola hidup, pergaulan, pertemanan, dan rutinitasku adalah 'tak semua orang yang berteman denganku adalah kerabat, bisa saja hanya semeja denganku tapi kopinya tak sejenis denganku'. Soal perempuan yang datang dan berkenalan 'tak lebih dari wajah-wajah baru. Jika tak ada norma sosial, etika, dan kebaikan, mungkin mereka hanya lalu lalang bising suara perkotaan."
"Begitu pula dengan teman perempuan yang kata sebagian teman berparas cantik, apalagi menurutmu jauh lebih anggun darimu. Catat dan tanamkan pada ingatanmu 'setiap perempuan adalah apa yang kusebut dengan kebaikan, keramahan, kecantikan, dan kemewahan sekaligus jalan utama munculnya penderitaan, karena darinya kekhawatiran banyak datang dan kekalutan begitu kental'. Jadi tak perlu berdebat soal teman dan kerabat, seakan-akan mendikte hidup adalah milikmu seorang."
Perlu diingat, segala yang ada di sekelilingku laksana bunga dan tamannya. Mereka adalah unsur yang kadang menjadi pataka dan alasan untukku melihat kembali ke dalam diri. Cukuplah aku yang mengerti mereka, karena dunianya berbeda.
Jika kau melihatnya lebih berwarna, itu dikarenakan memang begitulah seharusnya taman, membikin orang-orang yang melihatnya merasa "indah, megah, dan penuh kebahagiaan", tapi belum tentu dengan yang merawatnya.