Sebuah Keinginan yang Menua dari Kamitua Manggala

Ritus & Langgam - Banyak orang memiliki mimpi untuk menjadi lebih baik baik, merasa cukup dalam banyak hal, pun ingin menuntaskan apa yang pernah dilakukan. Tapi pada satu waktu yang mungkin tak biasa dalam hidupnya, beberapa orang memilih untuk mengambil jalan lain; mengendapkan kadar resolusinya yang tinggi, bahkan ada yang memilih untuk mengebumikan segala mimpi maupun rencana besar dalam hidupnya.

Sedangkan beberapa dari mereka yang percaya dan terus tabah senantiasa berupaya untuk mewujudkan segala yang telah dan tengah direncanakan, karena apa yang diyakini adalah keberhasilan meski kelak tak sepenuhnya benar-benar bisa dituntaskan.


Semasa muda, kita banyak memiliki keinginan dan cenderung berangan-angan. Mempertimbangkan banyak kemungkinan dan mengupayakannya menjadi kenyataan, tapi faktanya hal-hal tersebut sebatas euforia, karena enggan menerima bahwa sebenarnya kita tak memiliki apa-apa. Semakin dewasa dan semakin bertambahnya usia, keinginan itu lenyap; tertindih oleh ambisi-ambisi yang lain. Menumpuk seperti bank sampah yang sewaktu-waktu membusuk dan menjadikan lumpuh. Saking banyaknya, tidak ada hal yang berjalan dengan baik dan semua keluar dari ekspektasi.

Akhirnya kita tahu penyebabnya, ambisius memang diperlukan tapi juga harus realistis karena ambisi akan tetap menjadi ambisi jika tidak dieksekusi. Sama halnya dengan resolusi hanya sebatas resolusi jika tidak diamini dengan tindakan-tindakan nyata.

Hal tersebut di atas pernah dialami oleh kami. Ambisi yang kuat tapi tidak dengan eksekusi tindakan. Kita hanya menabung resolusi setiap tahunnya tanpa sekalipun mencoba menerapkan hal-hal yang sudah dipilih dan direncanakan. Mundur selangkah demi selangkah, berganti keinginan dan rencana baru. Berulang-ulang dari waktu ke waktu. Setelah tersesat cukup lama, akhirnya kami memutuskan untuk meneruskan dan segera mengeksekusinya agar tidak ada penyesalan; agar bank sampah yang sudah menahun tidak semakin bertambah bunganya.

Kamitua Manggala, Doamu Sejarahmu

Kamitua diserap dari Bahasa Jawa, yaitu Kamituwo yang memiliki tugas dan kewajiban untuk memerintah di sebuah dusun. Sedangkan Manggala sendiri dikurasi dari arti pertamanya, yaitu pengantar sebuah puji-pujian. Lantas mengapa Kamitua Manggala dipilih sebagai nama? Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pemilihan nama tersebut.
  1. Untuk mewujudkan cita-cita pribadi dan masyarakat untuk tetap mengingat kepercayaan yang ada, atau bisa dibilang sebagai bentuk ekspresi untuk tetap mengingat seperti apa sejarah dari leluhur itu sendiri, sehingga kelak bisa diteruskan sampai anak cucu.
  2. Untuk mewujudkan harapan banyak orang dalam pendidikan, budaya, dan ekonomi kreatif.
  3. Untuk mempertanyakan dan menjawab tantangan zaman dengan tetap mempertahankan kepercayaan, kebudayaan, dan ajaran. Kemudian mengambil manfaat dari perkembangan juga perubahan yang terjadi sepanjang waktunya.

Dalam ritus-ritus yang ditinggalkan kepada kami, di sana tersiar puja dan pamuja yang menjadi sandi-sandi. Kelak kita akan mengerti semakin usia merekah, maka segala yang ada di kepala memberi penjelasan; tentang pengetahuan yang sudah lama diajarkan. Begitu pula dengan segala sesuatu yang menggambarkan sembilan sudut bumi dan tujuh kehidupan, akan kembali kepada bunyi Hong; menggema dan menghidupkan.

Kebenaran, tertimbun dalam kefasikan sifat manusia. Mereka banyak menertawakan dewa-dewa, seperti melihat opera komedi. Ada yang cekikikan sambil menutup mulutnya dengan lantang; ada juga yang terbahak-bahak sampai matanya hendak meloncat; pun ada yang menepuk punggung orang di sebelahnya dengan keras sampai kepalanya mencium tanah.

Memupuk keinginan itu mudah tapi merealisasikannya cukup susah. Banyak hal yang jadi alasan kenapa kadang pada suatu perjalanan berhenti di tengah-tengah sebelum menyentuh titik akhir. Begitu pula ketika mengerjakan sesuatu meski hal tersebut berkaitan dengan hal yang disenangi, karena mengakui atau tidak yang dikatakan pekerjaan berbeda dengan hal yang disenangi. Semoga ke depannya diberi kemudahan dan tetap dalam bimbingannya.

Untuk segenap kawan yang selalu mengingatkan dan orang terkasih yang tak lelah memberikan dorongan. Kami ucapkan terima kasih dan jangan segan menjadi Jam Walker yang sewaktu-waktu terus mengingatkan. Mari bertumbuh dan berkembang bersama, semoga diberi kemudahan dan kelancaran, tetap kokoh meski batu atau duri menghambat langkah. Setidaknya kita tetap dengan tujuan yang sama.
Moderator

Divisi yang mengurus bagian komentar, tulisan masuk dan pertanyaan terkait blog ini

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama