Perkara Menerima dan Merelakan

Ritus & Langgam - Adakalanya, perasaan yang kau miliki tak sampai padanya. Ia hanya subur dalam dada, tapi tak berbuah.

Jika kau tengah mengalami hal seperti itu, tak perlu merasa kecewa. Cinta selalu jatuh pada mereka yang tepat dan perasaan yang tak sampai itu hanyalah praduga dan prasangka yang timbul dari kekaguman semata. Itu hanya sebatas suka, tidak lebih.


Jangan menyalahkan diri sendiri apalagi sampai berkata "mencintai seseorang yang salah", konsep semacam itu tidak ada. Pola pikirlah yang kadang menjadikannya terbalik, sebab tak ada yang salah dengan perasaan apalagi soal cinta. Lebih tahu hatimu, mana yang benar dan keliru; mana yang baik dan buruk.

Merasa enggan menerima, hal itu disebabkan pikiran dan ego. Kadang ingin beranjak, tapi merasa canggung; ingin berlari, merasa tak mampu; berpaling, tapi tak mau. Pikiran dan ego selalu menahanmu untuk pergi dan menemukan kebahagiaanmu, kekuatan dan dorongan seakan tak ada.

Meskipun di tengah-tengah dilema itu, kau memutuskan untuk melangkah maju, bergerak dengan cepat dan menentukan arah mana yang dituju. Tapi di sisi yang lain, kau merasa ada yang tertinggal; sesuatu yang menurut pikiranmu berharga tapi menggerus ketabahan hatimu.

Sudahlah, terima kenyataan bahwa apa yang coba kau pertahankan tak lebih dari sekadar angan. Jangan biarkan keenggananmu menjadi petaka, mengikis usia hidup dan ketabahan yang sejak dini kau yakini sebagai kekuatan terbesar, terbaik, dan termasyhur.

Sudahlah, cukupkan saat ini. Kau berhak bahagia, menikmati segala yang ada dengan penuh tawa dan senyum ceria. Ubahlah haluanmu, sebab cinta dan bahagia bukan dengannya. Melainkan dengan yang lain, yang dengan tabahnya menunggu di perbatasan: masa lalu dan masa depanmu.

Semoga kau mau menerima, segala hal yang kau anggap luka dan duka. Menangislah, tapi jangan pernah lupa untuk menghapus air mata kemudian melangkah mencari bahagiamu sendiri. Untukmu dan hidupmu.

Moderator

Divisi yang mengurus bagian komentar, tulisan masuk dan pertanyaan terkait blog ini

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama