Searah Angin Laut Selatan

Surat & Catatan Untuk Reimara

Ritus & Langgam, Surat & Catatan --- Untuk Reimara

Aku tak mau mengingkari, apalagi harus mengatakan "rasa bosan dan kejenuhan tak datang padaku selama ini". Terlebih soal hubungan ini, sering kali picik pikiran menghantam sekaligus mendikteku "lepas dari segala pengaruh hidupmu, dan memilih berjalan sendiri. Melepas kekangan dari adanya ikatan, mengambil sepetak tempat di ruang-ruang sunyi. Tak ada kamu di sana, hanya ada aku dan duniaku".

Kamu sering mempertanyakan kedudukanmu di hidupku, kan? Saat ini akan kujawab melalui tulisan yang sederhana, yang tak banyak pengaruhnya untuk orang lain, tapi berdampak besar pada pemikiranmu.

Sayang... Tarik nafas dulu, kemudian biarkan pikiranmu jernih dan hatimu kembali pada fitrah suci. Buang semua ego dan alasan yang mendatangkan persoalan, beban pikiran dan kalut hati.

"Aku membohongi diri sendiri jika mengatakan tak ada kebosanan, kejenuhan, dan pikiran sesat lainnya. Aku masih manusia yang kadang kala, pikiran picik tertimbun; kelicikan dan rasa ingin menang sendiri mendahului."

Semua hal semacam itu pernah hinggap di sini. Dan perkara mata ketika melihat sesuatu yang baru, ada ketertarikan tertentu yang tak bisa disangkal. Tapi bukan berarti, saat itu aku memutuskan untuk memilihnya dan berpangku tangan; menghampiri kemudian memilih mendiami kesementaraan tersebut. Tidak demikian. Bagiku, itu sebatas pelangi yang muncul setelah hujan. Tak lebih, indah bagi mata, sedangkan di hati biasa saja.

Aku mengerti, banyak pertanyaan lain yang kerap muncul di pikiranmu. Namun yang perlu digarisbawahi dan dipahami, tiada kesempurnaan dariku kecuali bersamamu. Cukup kau tahu, hidup bagiku adalah nilai lakuku dan cintaku tak lebih dari satu, yaitu kamu. Untuk kasih dan sayang di luar itu, laiknya penghambaan; bakti yang mesti kujalankan sebagai bentuk hormat, simpati dan empati manusia kepada manusia lainnya.

Jangan kau tanyakan lagi, kedudukanmu di sini seperti nakoda kapal. Kau berhak memutuskan akan membawa perasaan ini ke mana, sebab kaulah navigatornya. Tapi ingat untuk tidak membawanya menuju badai, karena lautan tak seramah Tuhan, ia penuh dengan gelombang dan gemuruh. Kadang ia menjadi kawan, tapi tak jarang menjadi lawan.

Moderator

Divisi yang mengurus bagian komentar, tulisan masuk dan pertanyaan terkait blog ini

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama