Emily, Ayasofya Tetap Setia

Ritus & Langgam - Untuk Roserq Mokhtar

Sungging senyum merekah
di wajahmu, sedang hatiku berdarah.
Selepas kepergianmu di waktu subuh,
mataku berbasuh air mata dan akalku lumpuh.
~ Dinukil dari perpisahan Emily & Arman dalam "Bulan Tak Lagi Sabit".


Begitulah kisah kita. Pertemuan kala itu sebatas cerita di bibir pantai, selesai tepat sebelum malam datang. Hanya menyisakan mega merah yang megah, bagi sebagian indah -- begitu pula untukmu -- tapi tidak denganku yang diburu waktu.

Cintamu dan cintaku tak terekam sejarah apalagi menjadi ukiran di bangunan tua, tapi entah mengapa ia kekal dalam ingatan. Menjelma dogma dan pertentangan keyakinan. Saat ini aku masih mengingatnya dengan jelas, seperti baru terjadi beberapa saat yang lalu. Padahal, di waktu ini aku tengah mengembara jauh. Menelusuri dunia dan mencari jati diri.

Emily Rose, harum bunga tubuhmu
meresap penciumanku.
Tak hilang meski pekan lalu
tak lagi ada bayangmu.

Di situs-situs kuno dan peradaban, kerap kali kujumpai. Kau tengah duduk di sebuah kursi, menghadap Masjid Biru sambil bertutur cerita tentang sejarah Ayasofya dan Istanbul.

Di masa yang akan datang,
cintamu kembali. Tumbuh
seperti Akasia dan Tal.

Yogyakarta, 12 Januari 2022
Moderator

Divisi yang mengurus bagian komentar, tulisan masuk dan pertanyaan terkait blog ini

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama