Ritus & Langgam - Di mataku, buah cinta ranum / dan sepasang rasa jatuh ke hatimu.
Beranda rumahku sepi, biasanya 'kan kutemukan secangkir kopi hitam dan segelas susu Milo di meja tunggu kala matahari pagi menjemput hari.
"Hidup begitu sunyi dan hari ini tak jauh berbeda dari kemarin. Tak lagi ada halaman buku terbuka dan lagu-lagu mendayu diputar di sini. Sungguh hidup yang seperti ini tampak murung, seakan-akan kalah dari burung-burung yang mencicit bahagia".
Terjal jalan dan jejak kaki yang tertinggal, biarkan menjadi pelipur sekaligus pengingat.
"Hidup adalah apa yang kita percaya dan semarak dunia tak lebih bising dari prasangka; riuhnya isi kepalamu, kala tak lagi ada aku di dekatmu. Tentang bagaimana persepsi muncul dan kau bertanya bagaimana hidup menjadikan kita satu."
Kita memiliki peran masing-masing, jika kau mencintaiku dengan cara yang menurutmu tak biasa, maka biarkan sejenak kuseka musim yang datang di sela pagimu. Apabila riuh isi kepala adalah tanda tanya yang tak bisa kau temukan jawabannya, maka biarkan aku datang dan memelukmu dengan cinta yang tak seberapa, tapi tak pernah hilang rasanya.
"Musim-musim yang berganti menjadi pertanda. Cinta dan kamu adalah satu, datang kala petang menyelimuti jiwaku."
Di waktu yang sudah hampir dewasa ini, kita laksana dua rasa yang tercampur pada secangkir kopi yang kau seduh. Di sana ada manis gula dan pahit kopi, di ampasnya tersisa aroma tubuhmu. Menemani kesendirianku.
"Pertengkaran kita seperti sangkakala, memberi kabar bahwa kiamat mendekat dan mereka yang selamat menemukan surga-nerakanya."
Ada waktu yang mengharuskan kita mengambil jeda. Bernafas sejenak dan memberi ruang untuk berpikir, merelakan yang sudah terjadi dan menuntaskan apa yang belum diselesaikan hati.
"Tubuhmu, sayangAku seperti musim dingin
dan kau sinar bulan
di waktu kemarau panjang.
Kala purnama sampai puncaknya,
aku bersila dan mencari wajahmu.
Di sorot mataku, kau layaknya bidadari.
Berselandang sutra dan penuh cinta.
Aku adalah kata
dan kau aminnya.
Kita adalah doa
dan kau bentuknya."
Yogyakarta, 21 Januari 2022