Ritus & Langgam - Memulai sesuatu itu, selalu saja tidak mudah. Sekian pertimbangan muncul dan sekelumit pertanyaan mendadak timbul menjadi prasangka sekaligus kegetiran tersendiri. Sama halnya dengan ketika aku ingin merampungkan tulisan untuk buku ini. Ada banyak hal yang perlu kusiasasti, kupelajari, juga tentang bagaimana merepresentasikan segala pengetahuan yang dimiliki atau sesuatu yang benar-benar diketahui, dialami, dirasakan, dan didengar.
Setelah sekian lama menulis dan mengumpulkan tulisan, aku menyadari satu hal dan menjadi titik simpul "apa yang hendak kutuangkan, jangan sampai menjadi satu kebohongan yang berulang-ulang". Hal ini bukan berarti aku tidak ingin menulis fiksi seperti kebanyakan orang, tapi ada kekhawatiran dan ketakutan tersendiri untukku.
"Apa aku tidak ingin menulis seperti yang diminati pembaca atau memang tak ingin mengerti pembacanya?"
Bukan, justru aku sangat ingin. Tapi apalah arti dan makna dari sebuah kata, jika itu didasari oleh kelalaian pikiran sendiri. Apalah arti dari sebuah tulisan yang mendayu-dayu, penuh ritme, dan magis, jika akhirnya harus mengesampingkan persepsi dan penilaian diri sendiri.
"Impulsif, naif, dan berkelit?"
Entahlah, yang jelas kata-kata dan tutur yang dikemas dengan ragam bentuknya tak ingin dikeluarkan dari apa yang kuyakini dan kupercaya. Jika kamu bertanya "tulisan seperti apa yang bagus dan diminati banyak pembaca?" atau ingin mengajukan sepatah kata "tak ingin dikenal atau menjadi penulis tersohor lalu mendapatkan royalti dari sekian penjualan?"
Aku tak memungkiri, kehidupan dari seorang penulis ada di tangan pembacanya. Tapi jauh dari semua itu, ada satu pertimbangan dan batasan yang tak boleh kulewati. Hal itu berkaitan dengan menyuguhkan fakta dan cerita yang memang sesuatu yang dialami.
Memang, aku mengemas tulisanku dalam bentuk puisi, prosa, dan beberapa jenis tulisan lainnya. Tapi percayalah, semua itu adalah apa yang kudengar, kuterima, kuamalkan, dan kualami. Jadi terimalah ia sebagai kebenaran, tapi jangan lupa untuk mempertanyakan karena emperis dan yang kita alami tak sama. Hidupmu dan hidupku jelas berbeda, begitu juga segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan.