Ritus & Langgam - Memiliki sebuah gagasan sebenarnya tak cukup untuk membuktikan bahwa kebenaran terletak di sana. Kita banyak menemukan orang-orang yang salah kaprah dengan pemahamannya sendiri dan kadang tak mengerti segala yang dipelajari adalah kesalahan.
Pengetahuan yang dikatakan ilmiah, pada kenyataannya tak lebih dari persepsi dari masing-masing pemikir dan penulis. Jika kita mau menelisik dan mempelajari lebih jauh, keilmiahan tak lebih dari susunan dan sistematika penulisan. Di sana terdapat konsep dan paksaan yang harus diterima oleh setiap orang.
Ambil saja contoh tugas akhir, baik itu skripsi, tesis, dan disertasi. Jika kita cermat dan mau mengkritisi, di sana terdapat susunan dan ketentuan yang pada dasarnya tak lebih dari penimbunan argumentasi orang lain. Timbunan argumentasi itu kemudian menjelma menjadi alat ukur, alat analisis, dan penguatan teori, bahkan menjadi salah satu alat untuk membandingkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Selama menulis berdasarkan unsur keilmiahan, orang itu sudah dilabelkan sebagai peneliti -- orang yang ingin membuktikan kebenaran jawaban atas pertanyaannya sendiri.
Lantas, bagaimana jika cara kita menyusun, meneliti, dan menulis itu keluar dari sifat keilmiahan tersebut. Apakah tulisan dan hasil riset yang kita lakukan adalah ilmiah? Pertanyaan lainnya adalah "ilmiah itu yang bagaimana dan seperti apa, apakah benar suatu penelitian dikatakan ilmiah selama memenuhi kriteria dan aturan penulisan ilmiah yang disepakati tersebut?
Bukankah, garis besar dari menulis dan meneliti adalah menyampaikan fakta dan membuktikan kebenaran dari informasi yang ditemukan. Beda halnya dengan suatu karya fiksi, di mana penulis berhak mendaur dan memaparkan sesuatu yang bahkan tak pernah dialaminya secara langsung.
Coba kita ingat-ingat kembali, selama menulis hasil penelitian. Kita banyak dibuat ribet dengan aturan dan ketentuan, seakan-akan menulis lebih difokuskan pada aturan dan ketentuan tersebut. Sedangkan kebaharuan teori dan hasil buah pikir di nomor sekiankan.
Hal lain yang luput dipahami dan dikritisi adalah "segala tulisan adalah hasil dari pembacaan, pemikiran, yang kemudian menjadi persepsi si penulis dan pemikir". Keilmiahan itu jika dikatakan secara kasar tak lebih dari "tumpukan persepsi dari banyak penulis, peneliti, dan pemikir" yang kadang kita sendiri tak pernah tahu itu benar atau salah.
Pertanyaan selanjutnya "apakah persepsi dan hasil buah pikir yang tak menyebutkan atau merujuk pada teori (yang dikatakan) ahli adalah kesalahan"? atau "bagaimana jika kita menyampaikan argumentasi yang tidak didasari teori tokoh besar, ahli, pengamat, atau orang-orang terkenal yang banyak diagungkan. Apakah argumen dan pendapat itu tidak diterima, padahal di lain sisi kita mampu membuktikan kebenarannya"?
Terkadang, sistem pendidikan yang ada tak lebih dari hasil modifikasi imperialisme. Mengungkung, membatasi, dan menjajah. Sehingga yang diterima adalah kesalahan persepsi dan pendidikan tak ada bedanya dengan industrialisasi.