Serial Jejak & Ingatan, Prosa - Di balik lembaran-lembaran kusam yang tersimpan dalam kotak kenangan, terlukis perjalanan, kisah, dan pengorbanan. Setiap coretan adalah cerita yang telah terukir oleh waktu, tempat di mana aku menyimpan segala hal tentang dirimu, masa lalu kita, dan cinta yang pernah kita bangun bersama.
Di dalam kotak itu, tersimpan kenangan tentang senyummu yang selalu menjadi sumber bahagiaku. Aku ingat betapa hatiku pernah bergetar oleh cinta yang mengalir deras di dada, sebuah cinta yang seolah-olah tak pernah surut. Setiap masa yang kita lewati, senyummu adalah alasan aku untuk terus maju, untuk terus berjuang demi kita. Di antara doa-doa dan asa yang tersimpan rapi, aku merasa hidupku terhubung dengan hidupmu dalam cara yang tak pernah bisa aku jelaskan dengan kata-kata.
Tapi, seperti kotak Pandora yang menyimpan segala kebaikan dan keburukan, kenangan itu juga menyimpan cerita tentang rasa sakit dan luka yang pernah kita alami. Di bawah langit senja, saat jalanan kota dipenuhi oleh lalu lalang kendaraan, kita pernah berdebat tentang hal-hal kecil yang perlahan-lahan meretakkan hubungan kita. Kata-kata tajam yang keluar dari mulutmu masih terngiang dalam ingatanku, mengiris hati yang sudah terluka.
Di masa itu, aku memilih untuk diam, menyadari bahwa melawan amarah dengan amarah hanya akan menghancurkan apa yang telah kita bangun bersama. Meski kata-katamu menyakitkan, aku tahu bahwa di balik amarahmu tersembunyi rasa takut dan kekhawatiran. Kau pernah berkata bahwa aku tak pernah benar-benar memahami dirimu, bahwa aku hanya peduli pada diriku sendiri. Namun, yang tidak kau sadari adalah betapa aku telah berusaha memahami dan mendukungmu, meskipun seringkali tanpa kau sadari.
Setiap kali aku merinduimu, gema rindu itu seakan menyusuri nadiku, membuat hatiku bergetar. Rindu itu tak pernah pudar, bahkan ketika kita berada di persimpangan masa lalu dan masa depan yang penuh ketidakpastian. Kita pernah berbicara tentang cinta, tentang masa depan, dan tentang doa-doa yang kita panjatkan bersama. Doa-doa itu mengalir bersama waktu, menyatu dalam setiap langkah yang kita ambil.
Di masa-masa itu, aku adalah tumpuanmu, tempat kau menggantungkan mimpi-mimpi dan harapan-harapanmu. Aku menjadi darma yang perlu kau tuntaskan, bakti yang harus kau penuhi. Bersama, kita mengarungi musim-musim kehidupan, dengan doa-doa yang selalu kita genggam di tangan.
Namun, aku menyadari bahwa cinta dan rindu ini tak lagi sekadar mimpi atau angan-angan. Segala yang kita lalui adalah bukti bahwa cinta ini nyata, bahwa rindu ini tak pernah pudar, meski waktu terus berjalan. Di dalam kotak Pandora rindu, aku menyimpan semua kenangan itu, mengingat masa-masa di mana cinta dan rindu menjadi pusat dari segala yang kita perjuangkan.
Meski kita tak lagi bersama, kenangan itu tetap hidup, tersimpan rapi di dalam kotak Pandora, menunggu waktu untuk kembali membuka lembaran-lembaran kusam yang menceritakan kisah kita.