Jakarta, 17 Juli 2024 - Dalam rangka mewujudkan pemerataan akses pendidikan berkualitas bagi semua, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong layanan pendidikan inklusif di satuan pendidikan vokasi. Upaya ini dilakukan mengingat pendidikan vokasi menjadi model pendidikan yang relevan dengan penyandang disabilitas karena lebih menekankan pada penguasaan keterampilan.
Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) menjadi salah satu praktik baik pelaksanaan pendidikan inklusif di satuan pendidikan vokasi. Sudah sepuluh tahun terakhir ini, PNJ melaksanakan layanan pendidikan inklusi yang ditujukan bagi warga negara berkebutuhan khusus (WNBK) pada program studi manajemen pemasaran di bawah Jurusan Akuntansi.
Kiki Yuliati, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi mengatakan Kemendikbudristek terus berkomitmen mengembangkan sistem penyelenggaraan pendidikan inklusi di satuan pendidikan vokasi. Layanan pendidikan vokasi disiapkan khusus bagi WNBK agar mereka dapat memperoleh kesempatan untuk memiliki keterampilan sehingga mereka dapat terjun dan menjawab kebutuhan industri.
“Layanan pendidikan inklusif hadir untuk mewujudkan suasana pendidikan yang saling menghargai keanekaragaman dan tidak mendiskriminasi sesama peserta didik karena saya percaya, bahwa setiap individu punya hak untuk mengembangkan dirinya lewat pendidikan,” kata Kiki.
Innas Rovino Katurini, Kepala Program Studi WNBK di PNJ mengatakan, adanya pendidikan inklusif pada Kurikulum Merdeka Belajar, menjadi semangat bagi para tenaga dalam mengemban tugas mengajar mahasiswa/i penyandang disabilitas.
“Saya merasa lebih memiliki manfaat untuk teman-teman penyandang disabilitas karena mereka harus memiliki kesempatan belajar yang sama,” ungkap Innas.
Innas menuturkan bahwa mahasiswa/i pada prodi manajemen pemasaran (MP-WNBK) cukup beragam. Mereka ada yang menyandang tuna rungu, autis, slow learner, gangguan kepribadian ambang (borderline), down syndrom, dan low vision. Akan tetapi, menurut Innas, para mahasiswa tersebut mereka memiliki keterampilan yang luar biasa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, dosen berupaya untuk menyederhanakan materi pembelajaran sehingga mudah untuk diterima. Selain itu, pembelajaran juga lebih didominasi dengan praktik langsung bersama para mahasiswa dengan bimbingan dari dosen.
“Dengan metode khusus, mereka mampu menyerap materi pembelajaran dengan sangat baik,” terang Innas.
Pada prodi MP-WNBK, peserta didik diajak untuk mempelajari beberapa keahlian seperti mendesain, menyablon, kuliner dan kewirausahaan. Hal ini diperkuat melalui program Project Based Learning (PBL), mulai dari bekerja sama dengan dunia usaha dunia kerja (DUDI) hingga rangkaian mata kuliah kewirausahaan yang mereka mereka jalankan sebagai sebuah project.
Masih menurut Innas, saat ini sudah banyak alumni program studi MP-WNBK yang sudah berhasil bekerja di berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta. Selain bekerja, beberapa alumni juga berhasil membangun usaha berbekal keterampilan yang mereka pelajari selama masa studi di PNJ.
“Kami di program studi MP-WNBK selalu berkomitmen untuk menyiapkan ruang bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, melalui kecerdasan dan bakat istimewa mereka sehingga mereka mampu berkontribusi bagi industri dan meningkatkan ekonomi bangsa melalui wirausaha” tutup Innas.