Siapa Tahu Tuhan Berpihak Pada Doa

Seri Ketujuh Kehidupan dan Doa
Ritus & Langgam, Prosa --- Kita tidak pernah tahu bagaimana hidup seharusnya berjalan, menurut ajaran dan tuntunan yang Tuhan anjurkan. Namun setidaknya tetaplah berdoa dan meyakini bahwa hidup adalah baik karena Tuhan yang memberinya, siapa tahu di kemudian hari doa-doa membuat Tuhan berpihak pada kita dengan kebaikan dan kebenaran.

Akan datang satu orang di antara yang lain, mengatakan dan merumuskan ulang segala persoalan. Membawa ketenangan yang sebenarnya kegaduhan. Akan datang satu masa di mana sekumpulan orang mengatakan: “Hal yang benar tidak perlu diperdebatkan dan hal yang berawal dari kemungkinan tidak perlu dicari kemungkinan lainnya”. Sedangkan Tuhan telah meriwayatkan jauh sebelum kau dilahirkan, jalan mana yang harus diambil dan hidup seperti yang harus dijalani. Namun terkadang kitalah yang berpaling dari jalan tersebut.

Tidak peduli sepenting apapun hal yang ada di depan, jika itu menjadi kerikil yang menghambat jalanmu menuju kebebasan. Singkirkan. Sudah seharusnya hidup seperti ini, berjalan dan tak pernah berhenti. Cerita yang diterima adalah gambaran masa depan. Sedangkan masa lalu adalah usangnya kesalahan dan penyesalan, hari ini adalah penyesuaian.

Siapa tahu Tuhan lebih berpihak pada doa-doa yang belum sempat diucapkan. Siapa tahu Tuhan mempersiapkan naskah tersendiri untuk setiap kenang, untuk setiap keinginan, dan untuk setiap perjalanan yang belum satu orang pun jalani.

Kita tidak pernah tahu … Kemungkinan dibiarkan berjalan sendiri menuju hati. Kita tidak pernah tahu, kesempatan apa yang Tuhan beri. Mungkin salah satunya adalah dengan merelakanmu menjadi alasan hidup; mengurai air mata yang belum sempat kering; menenun sisa-sisa tawa dan menulis ulang cerita dari buih lautan.

Anggap saja sebuah kesalahan yang pernah dan akan tercipta sebagai alasan untuk membenahi diri, bahwa kita memang ditakdirkan untuk tidak menjadi sempurna melainkan berhati-hati; meluruskan dan memutuskan; kembali kepada semula: Kebaikan. Terlepas dari bagaimana perspektif orang yang mengatakan “hukum timbal balik” kehidupan, pastikan sendiri bahwa kelak hidup adalah tentang menerima.

Saat ini, kita mengingat-ingat kembali dan mengevaluasinya sehingga tidak ada pengulangan yang sia-sia. Kembalilah pada jalan yang memang seharusnya, karena hidup hanya satu dan mengenai tiga persoalan waktu. Cukup diketahui dan dipahami, sebab hidup sudah ditentukan sebelum pilihan dibuat.

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama