Pada Pelukmu, Cintaku Terengkuh

Surat Untuk Renita Amara Sasti
Ritus & Langgam, Surat --- Untuk Kekasihku, Renita Amara Sasti. Cinta memang suka begitu, setelah jatuhku pada pelukmu. Kini cintaku terengkuh asamu, dalam doa dan ucapan selamat datang di rumahmu.

Jadikanlah aku alasan mengapa yang terbaik datang meski bukan yang sempurna. Mungkin dengan begitu aku bisa belajar dari fakta-fakta yang diceritakan semesta. Tentangmu yang Tuhan pilihkan untuk aku cinta. Temani langkahku mengabulkan segala semoga yang diminta.

Awalnya kita sama-sama malu dan enggan mengakui bahwa pertemuan sengaja Tuhan peruntukan pada perkenalan, bertegur sapa lalu mengucap masing-masing nama: Namaku rindu dan kau doa-doa suci. Kita diperkenalkan semesta dari perasaan malu-malu. Tersipu memerah wajahmu dan aku pura-pura tak menerimamu, seakan-akan enggan mengaku jika waktu mendatangkanmu tepat di saat rapuhnya jiwaku. Aku, berterima kasih dan bersuka cita atas pertemuan waktu itu.

Ingatkah engkau, ketika kolom komentar dan Direct Message menjadi tempat favorit menghabiskan waktu? Waktu itu, kita seperti sedang melakukan ritual sakral, berdoa untuk pertemuan yang tak mengecewakan. Perasaan suka yang membuat labil hati dan pikiran seakan-akan berhenti berpikir tentang bagaimana seharusnya menyikapi, antara rasional dan irasional.

Bahkan setelah pertemuan bermuara, tak ada sapa apalagi bicara. Kita hanya malu-malu, menyembunyikan kesenangan dan kegirangan. Saat itu, kita benar-benar seperti anak bawang yang baru mengenal cinta: Puncak asmara, labilkan jiwa.

Aku yang terlalu banyak bicara dan kau mendengarkan penuh setia. Cerita masa kecil dan kisah-kisah hubungan sebelum kau datang menggantikan segala semoga yang telah kulangitkan. Tentang luka-luka dan penyesalan, tentang cinta yang jatuh sebelum penerimaan, dan tentang impian-impian yang mungkin tak bisa kuwujudkan sampai saat ini.

Perkenalan kita yang tak cukup spesial dan pertemuan tak direncanakan adalah bukti, kadang-kadang cinta datang tanpa kesengajaan; tak perlu meminta izin dan permisi. Namun yang pasti, kita akhirnya sama-sama mengerti. Memang beginilah jatuh dan cinta. Aku yang jatuh pada pelukmu dan cintaku terengkuh olehmu.

Setelah sepekan, banyak cerita dan tawa kita tuai sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan. Memilih berjalan beriringan menuju masa depan yang tak satu pun dari kita mengetahui seperti apa perjalanan dan rintangan. Menunggu untuk menghambat impian yang kita canangkan.

Wates, 07 Agustus 2019

Achmad Fauzy Hawi

Sering mendengarkan daripada bercerita, lebih banyak minum kopi hitam daripada menulis. Bisa dijumpai juga di sosial media dengan akun Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama