"Semoga saja ya, Sayang? Kita sampai pada sebuah tujuan yang Tuhan ridai, dengan cinta tanpa duga dan prasangka-prasangka buruk menyertainya."
Apabila nanti waktu bersua datang. Biarkan saja muara membawamu pada jiwa, tabahkan resah yang perlahan merongrong dada. Dan apabila dirimu alpa, biarkan Islamku mengingatkan bahwa rindu mungkin dengan sengaja berbuat khilaf sebelum akhirnya kita bersama. Dalam ikatan yang disebut keluarga.
Pernah kau bertanya tentang sebuah masa depan dan rencana-rencana lainnya, namun aku hanya bilang: “Biarkan Tuhan memudahkan segala urusan karena cinta lahir atas dasar pertemuan dan ketentuan yang Tuhan sebutkan untuk masing-masing cerita; perjalanan yang tidak perlu kau risaukan”.
Masa depan yang kau sebutkan tidak lebih dari angan-angan, tapi aku tidak mau memfatwakan sebagai kekeliruan karena setiap orang punya keinginan dan impian. Namun jika boleh berkata lagi: Belajarlah untuk menikmati hari ini, siapa tahu kau dapat temukan arti kehidupan selain memikirkan masa depan akan seperti apa dan bagaimana menemukan solusi dari sebuah permasalahan.
Andai kau tahu, doaku tak pernah keliru kusebutkan dan urusan cita-cita adalah upaya untuk mewujudkan harapan. Maka berdoalah biar Tuhan mewujudkan, impian dan keinginan yang kau rancang. Ekspektasi luar biasa tentang kita dan harapan lainnya.
"Semoga kita berdamai dengan masa depan dan merelakan masa lalu tanpa harus menyalahkan luka perihnya ditinggalkan."
Akan aku bantu kau mewujudkannya selama kau percaya hari ini adalah pembentukan dan pertumbuhan; memupuk cinta dan keyakinan tanpa lepas dari sifat kasih-Nya. Sampai nanti dikisah kasih selanjutnya, semoga pertemuan yang akan datang bisa membuatmu memahami bahwa cinta tidak butuh angan, ia hanya butuh perjuangan dan pembuktian.
***
Hai Puan? Rasa nyaman datang dari sebuah kebiasaan dan menyukai adalah hal mendasar sebelum akhirnya menyatakan perasaan: Aku jatuh cinta untuk kedua kalinya, padamu yang lahir dari bait-bait puisi. Sirat makna derap harap hati, mencintaimu tanpa harus berpikir berhenti.
Jika waktu adalah sebuah kesempatan, maka aku ingin menyegerakan diri. Bertamu ke rumahmu tanpa harus merasa ragu. Membawamu pergi menuju tempat baru penuh haru: Ikatan satu jiwa, melepaskan lara. Bahagia adalah peribahasa, mengingatkan kita bahwa bersama sebagai upaya dan cita-cita. Untukmu, kekasihku. Semoga kau mengerti, aku mencintaimu dengan iman di dada tanpa maksud mengingkari cerita dan doa.
Kulonprogo, 25-26 Agustus 2019