Ritus & Langgam - Perkembangan koran cetak ke media online, yang kini banyak disebut portal berita online menjadi titik balik dan kemudahan bagi orang-orang dalam memperoleh kabar terkait ekonomi, gaya kehidupan, politik, bahkan kriminal. Setiap portal berita memiliki rubrik dengan format berbeda, meski sebenarnya isinya hampir serupa. Hanya berbeda di penamaan dan penyebutannya saja.
Koran atau portal berita yang masuk dalam bidang jurnalis, pada dasarnya merupakan pusat penyebaran informasi dan kabar. Disalurkan ke masyarakat luas tanpa harus menimbulkan kecurigaan dan asumsi berlebihan. Informasi yang disajikan tentu saja beragam, mulai dari berita dalam negeri bahkan luar negeri informasi.
Tapi bagaimana jika kebanyakan portal berita pada dinding halamannya lebih banyak iklan yang bertebaran di banding space kenyamanan membaca dan memperoleh informasi? Tentu saya sebagai pembaca mengerti alasan di balik adanya iklan pada media massa maupun portal berita. Portal berita membutuhkan pemasukan tambahan selain trafik dari kunjungan pembaca.
Akan tetapi, jika iklan yang ditayangkan sudah melebihi baliho partai politik atau parahnya sudah seperti kabar promo produk, bukankah itu hanya mengganggu saja? Parahnya lagi, untuk menambah pendapatan dari iklan, page/halaman dibagi-bagi dan saya sebagai salah satu pembaca tentu merasa itu sangat "menjengkelkan", di mana seharusnya fokus pada berita yang diberikan. Ini sebaliknya lebih banyak menutup laman iklan-iklan yang ditayangkan, baik dari ujung sisi bawah-atas, tepi kiri-kanan.
Aku tidak mempersoalkan media atau portal berita menayangkan iklan pada lamannya. Hanya saja, jaga juga kenyamanan pembaca. Bukankah bagian dari Tim IT (UI/UX) bisa menawarkan tempat yang cocok untuk menayangkan iklan pada space lamannya. Terlebih, portal berita yang terhitung besar dan bahkan memiliki afiliasi dengan media raksasa di luar negeri lebih memperhatikan lagi tampilan webnya.
Lantas apa gunanya ada web master di media-media tersebut, jika mengenai penempatan tayangan iklan saja amburadul dan berantakan?
Berbeda dengan portal-portal berita luar negeri, di Indonesia rata-rata portal berita -- mulai dari domestik hingga nasional -- laman atau tampilan webnya lebih berantakan dan tak tertata dengan baik, lebih banyak iklan yang tumpang tindih dengan beritanya. Sehingga, seperti yang disampaikan di awal. Ini cukup mengganggu, menghilangkan minat membaca berita, dan cenderung membikin orang-orang hengkang dari laman web tersebut.
Semoga ke depannya, portal berita di Indonesia lebih memperhatikan tampilan web dan penempatan tayangan iklannya. Pun semoga bisa mengaca dan belajar pada portal maupun media luar negeri yang mana pembaca tidak disibukkan dengan kegiatan tidak bermanfaat seperti menutup laman-laman iklan sebelum membaca iklannya, yang mana ketika pindah page/halaman akan melakukan proses itu berulang-ulang.