Kedirian dan Laku dalam Hidup

Ritus & Langgam - Kita sering kali berseberangan ideologi. Paham-paham tentang kehidupan selalu saja menjadi perdebatan, persinggungan, dan perbedaan. Ada kalanya dituntut untuk memahami kehidupan yang berujung pada penyesatan jalan dan ada juga hal yang mendorong pemikiran untuk mendogma diri sendiri. Kesimpulan yang didapatkan, pengertian yang diolah, dan definitif dari sebuah nalar mengajarkan kita bahwa setiap hal yang tersirat dan tersurat merupakan sesuatu yang beda.

Ada saat di mana kita tidak mampu memahami sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Pun kita, kadang tidak mampu mendefinisikan sesuatu dengan benar, namun patokan hal adalah ketentuan bukan sebaliknya.

Suatu hal tidak bisa memaksakan dogmatis yang tersurat dan tersirat, tapi dogmatislah yang menentukan hal tersebut. Kehidupan ini ada aturannya. Pilihan akan sesuatu tidak bisa memaksa sesuatu untuk berpihak padanya tapi sesuatu itulah yang harus berpihak dan mengikuti aturan hidup. Pernah sekali diberitahu seseorang.

Untuk menghadapi bajingan tidak perlu dengan sopan santun tapi tidak juga dengan membabi buta.

Setiap orang punya kekuatannya sendiri, jika orang berbuat jahat masih bisa ditoleransi dan dipahamkan sah-sah saja memakai sopan santun, akan tetapi jika orang tersebut bersikap selayaknya babi hutan maka kita harus bersikap selayaknya predator yang siap mengoyak habis perutnya hingga kebusukan yang ada di dalamnya keluar; keluarkan cacing pitanya dan tunjukkan pada mereka yang pura-pura bermartabat.

Ada orang-orang yang mengaku pandai dan ada pula yang mengaku bodoh. Dari kedua golongan inilah terlahir orang-orang yang menjadikan keterbatasan sebagai alibi dan dari golongan ini pula terciptalah kekeliruan-kekeliruan yang sering kali disampaikan di muka umum.

Ada saat di mana pemahaman yang kita dapat menjadi bumerang tersendiri. Ada saat di mana hal-hal yang kita pelajari menjadi satu hal mendasar salahnya persepsi. Jika kita dilahirkan dari sebuah perbedaan, maka seharusnya kita mau belajar persamaan itu seperti apa.

Kebebasan berbicara dan berpendapat bukanlah tolok ukur untuk memutuskan harus menyampaikan argumentasi tanpa disaring terlebih dahulu. Boleh-boleh saja berpendapat tapi tetap memilah yang baik dan buruk, jika semua hal dipukul rata; jika semua hal dipandang dari satu sudut yang menurut kita benar maka tidak ada kesimpulan apa-apa yang didapatkan. Justru kita hanya akan menunjukkan betapa bodohnya kita.

Untuk menghadapi bajingan hanya perlu "kekolotan". Bajingan tidak butuh penjelasan secara detail karena apa yang kita bicarakan tidak akan pernah sampai ke otak mereka, kita hanya perlu memberi mereka pukulan telak yang bisa membuat mereka diam.

Jadilah orang paling bejat tapi tidak pernah lupa siapa musuhnya. Jadilah orang paling sesat tapi tidak pernah menyesatkan orang lain. Jika kita mampu bersikap baik pada teman maka kita juga harus mampu bersikap demikian kepada musuh kita agar kita sama-sama adil pada sebuah pilihan dan kehidupan.

Urusan perbedaan pendapat dan pandangan tidak jadi soal karena kita memang lahir dari perbedaan; latarbelakang tidak sama; pemahaman tidak pada satu titik semata. Namun yang perlu dipahami bersama adalah kita teman dan akan tetap menjadi sahabat.

Satu kesatuan yang kita miliki adalah kita satu almamater sebagaimana seharusnya orang yang belajar bersama dari satu naungan. Teori bukanlah tolok ukur sampai di mana kemantapan pemahaman tapi bagaimana kita bersikap perihal perbedaan itu dan dari perbedaan tersebut melahirkan solusi untuk menyampaikan kebaikan.

Jika ada kekeliruan yang memang dianggap kebenaran oleh pemahaman perorangan dari kita maka tugas dari teman, sahabat, kawan, dan keluarga adalah menyampaikan pembenaran meski itu menyakitkan. Daripada terjun ke jurang alangkah lebih baik jika terjun ke dalam sungai atau lautan; masih ada hal yang mampu menopang dan membawa tubuh kita ke pinggir.

Perbedaan itu memang selalu ada tapi bukan berarti kita tidak bisa duduk bersama, berbagi pengalaman, dan bertukar pengetahuan. Beda sifat, beda ideologi maupun paham bukanlah penghalang karena kita satu kesatuan yang bernaung di almamater yang sama. Perbedaan bukan kekeliruan tapi adalah anugerah untuk menemukan solusi terbaik. Perang boleh terjadi tapi kalah harus ditinggalkan dan diasingkan dalam kehidupan juga pikiran.

Perbedaan akan selalu ada, begitu juga dengan persahabatan. Akan datang bagi setiap insan yang benar-benar memegang kejujuran.

  • Kumpulan Tulisan 11, 21-22 September 2018

Ritus & Langgam

Manuskrip digital dan dokumentasi tulisan Achmad Fauzy Hawi

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama