Tan Malaka dan Kemandirian Bangsa

Tan Malaka dan Kemandirian Bangsa

Swara Pranoto Jiwo -- Tan Malaka bukan hanya dikenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan, tetapi juga sebagai pemikir yang menempatkan pendidikan sebagai senjata utama dalam perjuangan menuju kebebasan dan kemandirian bangsa. Baginya, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, melainkan alat pembebasan yang memungkinkan rakyat memahami hak-hak mereka dan memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. Pemikirannya mengenai sistem pendidikan masih relevan hingga kini, terutama dalam konteks membangun generasi yang kritis, mandiri, dan berdaya.

Salah satu poin utama dalam pemikiran Tan Malaka adalah bahwa pendidikan harus membentuk kesadaran politik rakyat. Ia melihat bahwa sistem pendidikan kolonial pada masanya lebih banyak bertujuan mencetak tenaga kerja yang patuh pada penjajah daripada mencerdaskan rakyat agar mampu membangun bangsa sendiri. Menurutnya, pendidikan yang ideal harus membangkitkan kesadaran sosial dan politik agar rakyat tidak hanya memahami hak-haknya, tetapi juga berani memperjuangkannya.

Dalam buku Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika), Tan Malaka menekankan bahwa pendidikan harus mengajarkan rakyat cara berpikir secara rasional dan ilmiah, bukan hanya menerima dogma yang diberikan oleh penguasa. Ia percaya bahwa hanya dengan pemikiran kritis, rakyat dapat membebaskan diri dari ketertindasan dan menghindari eksploitasi oleh sistem yang tidak adil.

Tan Malaka menolak sistem pendidikan yang hanya berfungsi sebagai alat reproduksi sosial untuk mempertahankan status quo. Ia menginginkan pendidikan yang bersifat revolusioner, yaitu yang dapat menciptakan perubahan sosial dan membebaskan rakyat dari kebodohan serta ketidakadilan. Dalam pandangannya, pendidikan harus dapat mencetak individu yang berani berpikir maju dan menolak segala bentuk penindasan.

Ia juga menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh terbatas pada golongan tertentu. Pada masa kolonial, akses pendidikan lebih banyak dinikmati oleh kaum elite, sementara rakyat kecil sulit mendapatkan pendidikan yang layak. Tan Malaka menginginkan sistem pendidikan yang merata, yang memungkinkan semua lapisan masyarakat mendapatkan kesempatan belajar dan berkembang.

Salah satu gagasan konkret Tan Malaka dalam dunia pendidikan adalah konsep Sekolah Rakyat, yang bertujuan memberikan pendidikan gratis dan berkualitas kepada rakyat kecil. Ia percaya bahwa hanya dengan pendidikan yang merata dan berpihak kepada rakyat, Indonesia bisa menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, tidak hanya dalam aspek politik tetapi juga sosial dan ekonomi.

Sekolah Rakyat yang digagasnya menekankan pada pengajaran ilmu-ilmu yang praktis dan membangun kesadaran kelas di kalangan rakyat. Dalam sekolah ini, rakyat tidak hanya diajarkan membaca dan menulis, tetapi juga memahami struktur sosial dan politik yang memengaruhi kehidupan mereka. Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi tenaga kerja yang siap dipekerjakan, tetapi juga individu yang sadar akan hak-haknya dan mampu memperjuangkan kesejahteraan bersama.

Selain menekankan pentingnya kesadaran politik, Tan Malaka juga menegaskan bahwa pendidikan harus berbasis ilmu dan logika. Ia memperkenalkan konsep Madilog sebagai metode berpikir yang mengombinasikan materialisme, dialektika, dan logika dalam memahami realitas sosial. Menurutnya, rakyat harus diajarkan untuk berpikir secara ilmiah agar tidak mudah terjebak dalam mitos, takhayul, atau propaganda yang menyesatkan.

Dalam sistem pendidikan yang ideal menurut Tan Malaka, pemikiran kritis harus menjadi bagian utama dari kurikulum. Pendidikan tidak boleh hanya berfokus pada hafalan atau menerima otoritas begitu saja, tetapi harus melatih individu untuk menganalisis, mempertanyakan, dan mencari solusi berdasarkan fakta dan logika.

Tan Malaka juga mengkritik pendidikan yang bersifat elitis, di mana hanya kelompok tertentu yang mendapatkan akses ke ilmu pengetahuan. Ia menekankan pentingnya pendidikan yang inklusif dan dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari latar belakang ekonomi atau status sosial mereka. Baginya, pendidikan adalah hak setiap individu dan tidak boleh menjadi alat untuk mempertahankan ketimpangan sosial.

Selain itu, ia menolak ketergantungan pada pihak asing dalam membangun sistem pendidikan. Ia percaya bahwa pendidikan yang ideal harus mencerminkan kebutuhan dan karakter bangsa sendiri, bukan sekadar meniru sistem pendidikan dari negara lain yang belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.

Pemikiran Tan Malaka tentang pendidikan masih sangat relevan hingga saat ini. Ia melihat pendidikan bukan hanya sebagai alat untuk meningkatkan taraf hidup individu, tetapi juga sebagai senjata utama dalam perjuangan menuju kemerdekaan dan keadilan sosial. Sistem pendidikan yang ideal menurutnya adalah yang membangun kesadaran, kemandirian, dan kemampuan berpikir kritis di kalangan rakyat.

Di era modern, ketika sistem pendidikan sering kali masih berorientasi pada pasar kerja dan bukan pada pembebasan individu, gagasan Tan Malaka mengingatkan kita bahwa pendidikan sejati adalah yang dapat membentuk manusia merdeka—bukan hanya dalam arti politik, tetapi juga dalam berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, upaya membangun pendidikan yang kritis, merata, dan membebaskan harus terus diperjuangkan demi masa depan bangsa yang lebih mandiri dan berdaulat.

Fauzi

Content Writer, Copywriter, Journalist

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak

Lebih baru Lebih lama